Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Signifikansi Studi Islam

Agama dan kehidupan beragama tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang. Setidaknya ada lebih dari 5 agama besar yang penganutnya menyebar di seantero jagat raya. Mempelajari agama bukanlah hanya hak pemeluk agama itu sendiri tetapi juga diperbolehkan bagi orang yang agamanya berbeda. Bagi pemeluk agama sendiri mempelajari agama tujuannya adalah untuk memperdalam pengetahuannya tentang agamanya dan meningkatkan kepercayaan terhadap agamanya tersebut. Sementara bagi "orang luar" mempelajari agama adalah semata-mata untuk ilmu pengetahuan dan pemuasan intelektualisme.

Studi Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari seluk beluk agama Islam secara menyeluruh dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya termasuk ajaran-ajarannya, doktrin-doktrinnya, kebudayaannya, sejarahnya dan lain sebagainya. Ada 2 cara pandang dalam studi Islam. Yang pertama meliputi aspek normativitas, yaitu ajaran wahyu yang dibahas melalui pendekatan doktrinal teologis. Sementara cara pandang yang lain adalah yang meliputi aspek historis, yaitu studi kebudayaan Muslim yang dibahas melalui pendekatan keilmuan sosial-keagamaan yang bersifat multi dan interdisipliner.

Studi Islam normatif sudah dimulai oleh orang Islam sejak berdirinya Islam itu sendiri. Mereka mempelajari ajaran-ajaran, wahyu, ibadah ritual dan doktrin yang mutlak benar dan tak dapat dilakukan penelitian atasnya sehingga terkesan statis dan apologetic. Sementara Islam historis mulanya dipelajari oleh orientalist dan semakin populer di abad 20 hingga sekarang. Orientalist adalah orang yang belajar tentang ketimuran atau budaya timur yang secara salah kemudian diartikan sebagai orang non-muslim yang mempelajari tentang Islam. Tujuan mereka sebenarnya adalah untuk mencari kelemahan Islam. Yang biasanya mereka tonjolkan adalah kontradiksi dalil-dalil dalam Quran dan Sunnah, tentang rendahnya posisi wanita dalam ajaran Islam serta kelemahan-kelemahan pribadi Nabi.

GoldZiher, seorang orientalis yang selalu mencari kontradiksi antar dalil-dalil hadis mencoba membuktikan bahwa apa yang dibawa oleh nabi Muhammad bukanlah hal baru melainkan kutipan-kutipan dari agama lain karena hubungannya dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani. Motivasi penulis-penulis dari orientalis adalah kebencian terhadap Islam yang berakar dari perang salib.S Parvez Manzoor, dalam bukunya Method Against Truth, mengatakan bahwa kajian orientalis atas Quran lahir daripada kebencian yang dipupuk dalam kekecewaan dan disuburi dengan kesumat. Roger Du Pasquier dalam bukunya Unveiling Islam juga mengatakan bahwa kajian orientalis Barat tidak bersandarkan semangat keadilan kesarjanaan yang tulen dan seringkali berniat untuk meremehkan Islam.

Namun begitu, ada juga kaum orientalis yang benar-benar jujur dengan keintelektualannya dan tidak berdasarkan kebencian seperti Prof T. W Arnold, Stanley Lane Poole, Dr Aloys Sprenger, Edward William Lane, A.J Weinsink, G.B Strenge. Menurut Syeikh Abul Hasan Ali An-Nadawi, karya-karya mereka dianggap mempunyai kualitas ilmu yang baik dan amat sedikit kelihatan sentimen dengki dan benci terhadap Islam. Bahkan sebagian orientalis ada yang justru menemukan kebenaran dan akhirnya masuk Islam, seperti Leopold Weis yang merubah namanya menjadi Muhamad Asad, Margaret Marcus yang kemudian bernama Maryam Jameela, dan Irene Handoyo dari Indonesia.

Dari sini kita bisa mengambil hikmah bahwa Studi Islam jadi hal penting untuk dipelajari, baik studi Islam historis, bahkan yang dikembangkan oleh orientalis sekalipun, untuk mengenal serangan-serangan mereka dan tentu akhirnya mengetahui cara mengcounter serangan tersebut. Sedangkan studi Islam normatif sudah barang tentu juga penting untuk mendalami ajaran Islam itu sendiri dan pada akhirnya bisa diterapkan dalam kehidupan. Bayangkan, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia ternyata juga meraih posisi teratas dalam korupsi dan kejahatan. Apa ada yang salah dengan Islam? tentu tidak. Yang salah adalah kenapa orang Islam enggan belajar dan medalami agamanya dan menerapkan ajaran agamanya dalam kehidupannya.

read more

Beli Baju Musiman


Setelah selesai sahur tiba-tiba bunda telfon dan nanyaian kapan pulang ke rumah jangan mepet mepet lebaran yah kalau mau pulang... duh Bunda perhatian banget ma amak hu..hu..hu.. tak selam kemdian ponakan yang namanya atho' ikut jerat jerat ke om nya udah beli baju belum buat sholat ied nanti... yah dengan enteng udah gak jamane beli baju baru... kalau bisa beli rumah baru ajah buat om.. hihihihi maunya..


Entah kapan kultur yang satu ini mulai lahir, kultur yang telah menjadi sebuah tradisi di masyarakat pada umumnya. Kita berlomba-lomba memakai baju terbaru ketika sholat ied di tunaikan. Memang dalam suatu ayat di dalam al qur'an disebutkan :"Ketika sholat ied dilaksanakan, pakailah baju-baju terbaik yang kamu miliki" ( jika salah mohon dimaafkan ), tapi toh tetap saja banyak orang lupa akan asal hukum sholat ied.

Memang tak salah jika banyak orang memakai baju baru saat lebaran tetapi alangkah baiknya jika baju itu dikenakan juga ketika sholat wajib ditunaikan. Banyak dari kita yang memakai Hem ( termasuk saya ) ketika sholat wajib ditunaikan. Mungkin kita telah lupa dengan siapa kita berinteraksi. Kalau bertemu dengan orang lain saja kita harus berpakaian yang layak apalagi berinteraksi dengan tuhan kita. Mungkin itu yang menjadi sebab mengapa do'a kita jarang terkabul. Jika kita ingin dihormati oleh seseorang maka hormatilah orang tersebut jika kita ingin disayang oleh-Nya maka segera rubah kebiasaan kita semua. Ayo!!!!

apalagi di daerah gresik tempat tinggal Amak tumbuh sebelum datang nya hari raya orang-orang pada belanja kesana kesini.. untuk yang cowok beli biasanya beli sarung cap BHS atau BSA kalau gakgitu yang sedikit murahan sedikit cap JAMRAH dengan setelannya baju Takwa cap BHS pula, atau cardinal yang takwa... duh duh berapa duit yang mereka keluarkan bisa - bisa buat makan dua blan cukup.. (maem nya anak kos2san) begitu juga yang cewek gakmau ketinggalan saling berbondong memilih pakain busana muslim yang kain sutra atau yang bermerk gitu... duh tuk yang jadi orang tua yang sabar ajah... hihihi.. kenapa yah baju di utamakan padahal beli mukena (ruku') gak kepikiran... hihihi...


read more

Kenangan Silam


Hmmm yang namanya ikan asin selalu menimbulkan selera makan. Makanya jangan pernah menempatkan nasi di depan kita kalau pas makan sama ikan asin, coba aja..kalau gak nambah...nambah...dan nambah... apalagi pake sayur asem yang sedikit lebih pedis.. hemmm inget kejadian waktu di kontrakan ma temen-temen yang masak si Iqo (anak jakarta) di dampingi mantan pacarnya (sekarang dah jadi suaminya).. hehehe yang si toyib bagiankomentar melulu biasa rasa aktifisnya kadang-kadang muncul waktu di kontrakan kagak pernah bedain ni kampus apa kontrakan.. dan yang sebel Amak terus yang bagian belanja ke pasar ma Muis ke pasar dinoyo Malang... tapi gak papa yang penting Amak kebagian banyak makannya... duh kapan ne terulang kembali... seumpama nanti kalau dah keluarga apa bisa yah ngelakuin masa hidup di kontrakan za... singkat cerita waktulah semua da siap untuk di makan eh eh dak tahunya si zaind datang hu hu kebiasaan lama waktu makan ajah nongol kalau waktunya kerja pada ilang dech..... tapi dengan adanya zaind sebelum makan dia yang mimpin doa... hihihi




read more

Kisi Kisi Kehidupan



Sebel banget neh hari...
ada-ada aja kejadiannya...
waktu berangkat teraweh di masjid kampus UIN malang yang megah banget kalau waktu malam eh.. waktu mau pulang taraweh... ada kejadian yang gak ngenakin dalam fikiran... sandal yang kupakai datang ke masjid tiba-tiba hilang dak tahu kemana larinya... Kesel nggak kalu sendal yang elu pake ilang waktu di masjid ato tempat-tempat yang mengharuskan lepas sendal. Kalo yang ilang sendal keren dan mahal keselnya amit-amit. Dan paling menyebalkan kalo yang ilang adalah SENDAL JEPIT. Duhhhhhhh… empet banget tuh. Sendal keren n mahal sih oke, silahkan deh dicolong. Setidaknya ada gengsinya kalo ngadu sama orang-orang.



Masih gengsi kan? Nah ini udah jepit, murah, sempat-sempatnya sih yang nyolong (yang cinta ma sandal Amak). Grrrrrrrr….
Pengalaman gua dengan sendal jepit sih dari dulu sampek sekarang gag ilang-ilang, kayaknya udah jadi kutukan deh. Coba bayangin waktu kecil dulu kalo ngaji ke masjid sendal mesti ilang ato ketuker dengan yang lain (yang lebih jelek). Emak gw sampek kesel beliin sendal. Kemudian juga waktu kondangan, meski gag ilang tapi sendal gw paling lecek diinjek-injek orang. Padahal yang lain gag. Di tempat ramai macam pasar tradisional pasti kaki gw juga kenyang diinjek-injek orang. Heran deh… apa emang kaki gw ada magnetnya apa…

Nah kemarin waktu ke warnet sendal gw juga copot langkungannya hu huh hu sebel banget jadi pulang nyeker dech.. mau beli dimana pulang dari warnet malam-malam pasti semua toko tutup dunk...


read more

Gaya Hidup Mahasiswa

Tampak secara global kehidupan mahasiswa tidak jauh berbeda dengan kehidupan anak sekolah menengah atas. Pergi kuliah, kemudian mencatat apa saja yang keluar dari mulut dosen lengkap dengan titik komanya. Kegiatan yang paling digemari bila kuliah usai duduk berkelompok kelom¬pok, bukan mendiskusikan tentang masalah perkuliahan tetapi hanya cenderung bersifat kelakar, ledek meledek. Ada yang mendengar tentu ada yang jadi tukang cerita. Macam-macam ceritanya, persis seperti yang terkandung dalam syair lagu “panggung sandiwara”....



Kegiatan mereka yang paling umum di tempat kost adalah ber¬main domino sambil tertawa ter¬bahak bahak, tidur sambil mendengar kaset atau ngumpul-ngumpul untuk berbagi gosip ten¬tang acara televisi, tentang kasus pejabat yang korupsi sampai kepada gosip bagaimana menak¬lukkan hati pacar. Sedangkan kaum wanita ngumpul-ngumpul membicarakan tentang mode, ten¬tang apa isi kamar kost kawan yang sombong sampai kepada masalah nasib.
Kemudian bila diadakan ten¬tamen, musim ujian, pada saat itu barulah mereka kasak kusuk. Melengkapi catatan, membuat jimat ala anak SMA sampai men¬cari sopir pada waktu ujian ber¬langsung. Soal ujian pada beberapa jurusan terasa agak san¬tai. Apabila dalam ujian untuk mata kuliah umum suasananya terasa lebih acuh karena hubungan antar mahasiswa begitu pula hubungan mahasiswa dengan dosen bersifat siapa lu siapa gua saja. Memang telah ada perguruan tinggi swasta sengaja memasang monitor untuk meningkatkan mutu akademik yang lebih objektif tetapi itu hanya segelintir saja dari populasi per¬guruan tinggi yang ada.
Dari sekian banyak mahasiswa yang santai atau ada juga mahasiswa yang serius dalam men¬ghadapi kuliah. Mereka tekun menghadapi buku catatan, banyak mengurung diri dari pergaulan. Dalam menghadapi tentamen, mereka sengaja menahan kantuk pada malam hari untuk dapat men¬ghafal semua isi catatan. Memang belajar dengan care menghafal telah membuat mereka sukses dan mampu. membuat mereka memperoleh, indeks prestasi tiga koma sampai indeks prestasi empat. Tetapi apakah mereka dapat dikatakan sebagai mahasis¬wa yang, intelektual?
Dapat kita katakan bahwa belajar dengan cara menghafal tidak ubahnya ibarat merekam bagi sebuah kaset kosong dan ahli pendidikan mengatakan bahwa belajar dengan cara demikian dapat mematikan kreatifitas otak untuk berfikir. Memang banyak mahasiswa berindeks prestasi bagus cuma karena menghafal kemudian punya peluang untuk menjadi staf akademik perguruan tinggi, misalnya. Maka mereka rata-rata tampil sebagai obyek yang membosankan, demikianlah pengakuan beberapa orang mahasiswa.
Adalah seorang mahasiswa mempunyai prestasi belajar diatas rata-rata, dia selalu mengungkap¬kan rasa pesimis yang berkepan¬jangan. Dia mengeluh hendak jadi apa dan kerja dimana kelak bila telah lepas dari perguruan tinggi. “Lho kamu kuliah di Universitas dituntut untuk menjadi intelektual, keluhan seperti itu cuma panas keluar dari mulut pemuda awam. Sekarang bangunlah dan in¬trospeksi dirimu tentang bagaimana wawasan berfikir dan pola pergaulanmu?”

Bukan kebetulan apabila ada mahasiswa begitu lepas dari perguruan tinggi langsung aktif dalam suatu bidang pekerjaan. Kesuksesan begini tentu telah mereka rintis jauh hari sebelum¬nya. Karena kesibukan ganda, sebagai mahasiswa dan merintis mencari lapangan kerja, rata-rata dalam bidang akademik prestasi mereka sedang-sedang saja, tetapi dalam mempraktekkan kerja tidak perlu lagi kasak kusuk.

Ada beberapa orang mahasiswa, dulu sering meninggalkan tempat kost selama berminggu minggu sampai berbulan bulan. Nongol di kampus apabila ada jadwal kuliah setelah itu ia cabut lagi. Memang kuliah sesuai dengan jadwal yang direncanakan. Walau mereka wisuda dengan indeks prestasi sedang tetapi wawasan berfikir luas. Kini mereka sukses dalam mengelola usaha agrobisnis, men¬gelola ekspor bahan pangan dalam wilayah SIJORI, Singapura-Johor-¬Riau dan mengelola usaha-usaha bisnis lainnya. Sedangkan kawan-kawannya yang dulu santai, goyang goyang kaki, kini setelah wisuda sibuk mengepit ijazah dari kantor ke kantor. Dan selalu saja kalimat “tidak ada lowongan kerja” membuatnya terduduk lesu.


read more

Dari KAMPUS ke Dunia KERJA

Langsung mendapat pekerjaan adalah dambaan semua orang setelah LULUS dari bangku kuliah. Bagaimana tidak senang, setelah bosan duduk di bangku kuliah, memasuki dunia kerja bagaikan masuk ke dunia baru yang penuh dinamika dan tantangan. Tetapi masalahnya, tidak semua para fresh graduate bisa langsung dapat kerja. Karena belakangan ni untuk mendapatkan pekerjaan, persaingan semakin sengit dan ketat. Maka bersyukurlah anda yang bisa langsung bekerja begitu keluar dari dunia kampus.



Tetapi umumnya anda para fresh graduate ingin langsung mendapat pekerjaan bagus dengan gaji besar. Padahal untuk mendapatkan semua itu jelas tidak mudah. Makanya banyak yang merasa ”down” begitu mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai. Padahal tidak perlu patah semangat jika anda mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dengan harapan anda.
Jangan pernah menganggap pekerjaan sepele tidak memberi konstribusi terhadap kehidupan anda. Justru dari pekerjaan sepele itu akan mengajarkan anda tentang dunia kerja yang sesungguhnya. Paling tidak anda akan digembleng untuk tahan mental dan menjadi pribadi yang tangguh menghadapi tantangan. Anda akan disadarkan pada kenyataan bahwa hidup ini memang tidak mudah.
Lebih baik anda pupuk rasa tanggung jawab anda terhadap pekerjaan, seberapapun sepelenya pekerjaan itu. Dengan demikian anda akan semakin memahami seluk beluk pekerjaan. Karena dari tugas-tugas yang kurang berarti itu anda akan memperoleh kesempatan dan peluang yang lebih berarti. Sekaligus dapat lebih memahami karakter orang-orang yang bekerja dengan anda. Oleh karena itu jangan pernah sekalipun merasa ”down” atau menyesal, apabila anda tidak mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan anda. Lebih baik anda jalani dulu pekerjaan yang ada. Kalau anda rajin dna bertanggung jawab terhadap pekerjaan, bukan tidak mungkin anda akan mendapatkan posisi yang lebih baik.


Yang jelas anda juga, jangan menutup mata terhadap kesempatan yang datang. Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada, karena begitu kesempatan datang, maka berjuta peluang akan mengampiri anda. Karena sekali kesempatan tersebut tidak dimanfaatkan, maka tidak akan pernah dua kali kesempatan itu datang kembali kepada anda, dan anda akan menyesalinya. Seperti kata orang bijak,
MASA DEPAN bukan tergantung pada pekerjaan yang dilakukan,
melainkan pada orang yang mengerjakan.
Satu hal yang tak kalah penting, saat memasuki dunia kerja, tinggalkan mental anak kampus yang selama ini melekat pada diri anda. Ingat..! dunia kampus jelas berbeda dengan dunia kerja. Jangan membawa sikap kekanak-kanakan dan emosionil yang identik dengan sikap mahasiswa belakangan ini. Kalau anda menunjukkan resposibilitas, kredibilitas dan loyalitas terhadap pekerjaan, bukan mustahil pekerjaan yang sepele itu hanya tinggal kenangan. Artinya, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik akan anda raih. Yang penting jangan pernah berhenti berusahan dan berdoa.

Seperti uraian di atas bahwa hidup ini memang tidak mudah. Selain tidak mudah, hidup ini juga penuh dengan aneka pilihan. Oleh karena itu selain anda harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan harapan, anda juga harus menentukan pilihan karir anda. Menentukan atau memilih karir tidak sama dengan memilih barang yang anda beli. Memilih karir adalah salah satu keputusan yang paling penting dalam kehidupan anda.
Anda harus teliti, cermat dan konsisten. Sekali saja anda salah pilih, maka anda akan menyesal berkepanjangan. Dalam memilih karir, anda perlu pertimbangan beberapa aspek agar dapat menentukan karir yang tepat. Anda yang masih bingung menentukan karir, anda bisa coba tips berikut ini.

1.Evaluasi Kekuatan dan Kelemahan Diri
Dalam menentukan karir, awali dengan mengkaji kekuatan dan kelemahan diri anda sendiri. Coba tanyakan pada diri anda sendiri.

•Apa kelebihan & kekurangan yang saya miliki ?
•Apa yang ingin saya kerjakan, dan pekerjaan apa yang ingin saya hindari ?
•Dalam lingkungan seperti apa, saya ingin bekerja ?
•Tingkat ekonomi seperti apa yang ingin saya capai ? dan sebagainya.

2.Pilih karir yang sesuai dengan gaya hidup yang anda idamkan
Sampai saat ini uang masih menjadi pertimbangan dominan dalam memilih karir. Untuk itu tentukan ditingkat mana anda ingin hidup, berapa penghasilan yang anda inginkan. Hal ini akan membantu anda dalam menetukan pilihan karir. Paling tidak kalau anda ingin kaya raya tidak bisa memilih profesi yang idealis seperti menjadi guru SD atau ilmuwan. Mungkin pilihan menjadi pengusaha bisa anda pertimbangkan

3.Kaji tren karir dari berbagai media informasi
Ikuti trend dan perkembangan usaha dari berbagai media informasi seperti majalah, surat kabar dan internet. Ikuti informasi peluang kerja, trend usaha dan ekonomi dari media cetak. Bisa juga anda baca terbitan khusus untuk bidang-bidang yang lebih spesifik dari asosiasi atau lembaga yang sesuai. Kemudian buat kliping tentang lapangan kerja dan jenis pekerjaan yang anda inginkan. Pikirkan mana yang sekiranya sesuai dengan bidang & kelebihan anda, serta tujuan hidup anda. Kaji peluangnya di masa mendatang, mana yang prospeknya cerah dan mana yang tidak.
4.Konsultasikan dengan mereka yang berpengalaman dan ahli
Kalau anda masih bingun menentukan karir, bicarakan masalah anda dengan orang yang kompeten di bidangnya. Konsultasikan minat, bakat dan cita-cita anda dengan ahli karir. Anda juga bisa mendiskusikan masalah ini dengan keluarga, teman atau mungkin dosen anda. Paling tidak mereka bisa memberikan saran dan nasihat, kira-kira bidang apa yang sesuai dengan anda. Bisa juga anda bicarakan di forum diskusi di internet (milis)

5.Kunjungi perusahaan yang anda incar
Jangan malu untuk mendatangi perusahaan dimana anda ingin sekali menjadi karyawannya. Usahakan untuk mendapat kenalan dengan orang yang bekerja di bidangnya atau posisinya yang anda inginkan. Dengan demikian anda bisa mendapatkan informasi jika ada peluang yang ditawarkan. Kalau anda masih kuliah, usahakan untuk bisa PKL/riset atau magang di perusahaan tersebut.
6.Konsisten pada pilihan karir
Konsisten memang diperlukan jika anda ingin sukses dalam karir. Jika anda ingin menjadi penulis, maka pelajari dan tekuni terus bidang tersebut. Begitu juga jika anda ingin menjadi pilot atau dosen. Ingat, konsistensi akan memudahkan dalam meraih apa yang anda cita-citakan. Jangan pernah sekalipun menyerah apalagi putus asa. Sekali anda menyerah, keberuntungan akan semakin sulit anda jangkau.
7.Jangan takut beralih karir
Meski anda konsisten dengan karir yang anda pilih, tidak menutup kemungkinan jika sewaktu-waktu anda beralih karir. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meramalkan masa depan. Dalam perjalanan karir anda, mungkin saja akan menghadapi berbagai kendala yang menyebabkan anda ingin banting setir. Misalnya karena kondisi ekonomi, perubahan kondisi atau mungkin karena anda dihadapkan pada keadaaan yang kurang menguntungkan. Jika anda menghadapi situasi demikian tentu pidah karir, bukanlah hal yang dilarang, tetapi tentu saja anda harus siap menghadapi RESIKO dengan keputusan anda sendiri
Sudahkan anda menentukan pilihan karir anda ?. kalau belum mungkin anda bisa segera menentukannya dengan cara di atas. Jangan lupa, semakin cepat anda menentukan karir anda maka akan semakin baik.


read more

CINTA ADAM DAN HAWA

Cinta kan membawamu….. Kembali disini…. Menuai rindu… Membasuh perih Bawa serta dirimu…… Dirimu yang dulu…. Mencintaiku….. Apa adanya……
Masih ingat lagu diatas?? Bagi kamu-kamu penggemarnya Dewa, bukan aja ingat, tapi pasti juga sangat hafal mulai dari awal ampe’ akhir lagu Cinta ‘Kan Membawamu Kembali ini. N ngomong-ngomong…. bukannya mo ngajakin Sobat untuk nyanyi lagu diatas lho, tetapi Bintang cuman pengen ngajak kamu-kamu ngeliat apa yang dipahami oleh orang-orang disekitar kita tentang kata yang satu ini…..CINTA. Yang biasanya, kata ajaib ini sering diucapkan oleh dua orang manusia (Adam dan Hawa) ketika lagi jatuh cinta.



CINTA DAN PACARAN
Cinta itu indah Sobat…… ‘gak percaya?!! Buktinya, tanpa cinta…..(ada orang bilang)…..dunia terasa hambar….. Contohnya, ketika kita melihat temen kita lagi kena musibah, apa yang mendorong kita untuk membantunya kalo’ bukan karena kita punya cinta. Atau, kenapa kita, sebagai seorang anak, punya keinginan untuk membahagiakan ortu kalo’ juga bukan karena kita punya cinta. Dan terlebih…. bagaimana mungkin kita mo menikah dengan seseorang (nantinya tentu), juga kalo’ bukan karena cinta……Tapi ada juga yang karena cinta bisa bikin tawuran…. nah lho….. Jadi, kesimpulannya, hanya dengan cinta-lah dunia ini jadi penuh warna.
Cinta itu adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang sakral. Dia dimiliki oleh setiap manusia, artinya dia fitrah ada pada setiap orang. Bayangin aja gimana dunia ini tanpa cinta…… Mungkin setiap orang pengen menang sendiri, kagak kenal sama yang namanya saling bantu or saling menolong sesamanya.

Dan ternyata, ada sebagian dari temen-temen kita yang untuk menjalin cinta ini tadi melakukan sebuah aktivitas yang namanya “saling mengenal” (baca: pacaran). Ngapain aja sich mereka ketika melakukan aktivitas pacaran itu?? Katanya…… kalo’ seorang Adam dan Hawa lagi kasmaran…. mulanya sich pandang-pandangan, trus pegang-pegangan, lalu ciuman….. hingga akhirnya terjadilah free sex…… Ujung-ujungnya apalagi kalo ‘gak MBA (married by accident), trus…. ngegugurin bayi dalam kandungannya. Kalo’ gak gitu buang bayinya di selokan, di tong sampah, WC, de el el.


Ada juga kasus yang terjadi kemudian, karena cinta, “jadi berani” terjun dari gedung tingkat 40, suka minum Baygon, ngegantungin lehernya di seutas tali….. plus ngiris nadi pake’ silet….. Yang finalnya, apalagi kalo’ bukan menghadap Yang Maha Kuasa alias jadi punya gelar almarhumah……

Ada juga yang berkilah, alias tetep yakin sama yang namanya pacaran, dengan alasan aktivitas pacaran merupakan suatu hal yang wajar, bahkan menjadi suatu kebutuhan. Mo’ nikah dulu tanpa pacaran mah kurang afdol, sehingga…. muncullah yang namanya pacaran, yang merupakan syarat wajibnya nikah (emang sholat, ada syarat wajibnya segala?!!). Ditambah lagi adanya dukungan dari para ibu, jika anak gadisnya belum ada yang ngapelin, mereka jadi rada senewen…. Sepertinya anak gadis mereka kagak laku di pasaran (sayur kali…..). Dan yang kadung kebablasan….. biar diomongin orang sekampung, kalo’ udah cinta dianggapnya suara-suara itu adalah angin lalu…. Mereka ngerasa bahwa dunia milik berdua. Atas nama cinta pula sesuatu yang jelek bisa jadi bagus, sesuatu yang haram bisa jadi halal.
Tapi, ada juga ketika kaum Adam berusaha menjalin cinta ini dengan kaum Hawa, bukan hal mengerikan seperti diatas yang didapat. Justru ridlo Allah plus pahala-Nya yang didapat. Kok bisa?!!


Artinya….. dengan contoh-contoh terjalinnya cinta diatas, ada yang mengerikan tapi ada juga yang justru bisa ngedapetin ridlo Allah, kita mustinya harus memilih gimana sich caranya menjalin sebuah cinta?!! Ingat firman Allah berikut ini:


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui” Terj. QS Al Baqarah: 216

ADAM DAN HAWA DALAM KACAMATA ISLAM
Kalo’ diatas dikatakan bahwa ada cinta yang ketika kamu-kamu ngejalinnya, maka kamu akan mendapatkan ridlo Allah. Nah…. kenapa juga ridlo Allah dikait-kaitkan dengan permasalahan cinta?!!

Yang jelas, kalo’ kita ngakunya seorang muslim, mustinya kita ingat yang satu ini, bahwa Allah SWT adalah Sang Pencipta sekaligus Sang Pengatur. Yang dari hal inilah seseorang yang bergelar muslim tadi punya sebuah konsekuensi keimanan, yaitu terikat dengan yang namanya aturan-aturan Allah SWT. Saat kita udah mengucapkan 2 kalimat syahadat, maka itu artinya kita bersumpah tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah …. Ya berarti apa kata Allah, kita musti patuh…..
Allah menciptakan manusia dalam 2 jenis, yaitu Adam dan Hawa (pria dan wanita), yang masing-masing dari mereka memiliki hak dan kewajiban yang sama di mata Allah. Sebagaimana firman-Nya:


“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal” (Terj. QS Al Hujurat: 13)/
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan yang telah menciptakan kalian” (Terj. QS An Nisa’: 1)
.
Dan… ternyata secara fitrah, manusia diciptakan Allah tidak sekedar tubuh doang, tapi dilengkapi dengan yang namanya potensi kehidupan. Artinya, seseorang dikatakan hidup ketika dia punya potensi tadi. Diantara potensi-potensi tadi ada yang namanya kebutuhan jasmani (haajatul ‘udwiyah) dan naluri (ghorisah).


Dengan kebutuhan jasmani misalnya, kamu-kamu bisa merasakan bahwa kamu punya yang namanya rasa lapar en haus, kepingen BAB or BAK, punya rasa kantuk, de el el. Dan kebutuhan ini sifatnya kudu dipenuhi, karena kalo’ kagak dipenuhin, maka kamu bakalan sakit kemudian menghadap Allah SWT (alias mati….). Bayangin aja, apa yang bakalan terjadi ketika kamu-kamu harus puasa selama 40 hari 40 malam…. Potensi ini hanya akan muncul jika ada rangsangan dari dalam (internal). Misalnya, selesai buka puasa perut kita dah terisi penuh dengan makanan, apakah ketika kita ditawari makan nasi soto semangkuk besar kita ho oh bae?!! Enggak kan….?!!


Potensi selanjutnya adalah naluri. Naluri ini sifatnya kagak pasti. kalaupun ‘gak kamu penuhin kamu nggak bakalan mati, paling-paling kamu akan ngerasa gelisah (contohnya: makan kagak enak, tidur juga kagak nyenyak). Naluri ini dibedain jadi 3 jenis, yaitu: pertama naluri/keinginan untuk mensucikan sesuatu/beragama. Disebut sebagai ghorizah tadayyun. Penampakannya?? Kamu-kamu pada punya agama dan punya sesuatu untuk disembah (baca: Tuhan)?!! Ini berarti, secara manusiawi manusia punya naluri tersebut. Kedua naluri untuk mempertahankan diri. Disebut sebagai ghorisah baqo’. Manifestasi dari naluri ini misalnya, ketika kamu dihina, sakit hati nggak?? Atau, kamu-kamu pasti punya keinginan jadi sang juara, khan?!! Pengen selalu dipuji, de el el. Naluri yang ketiga adalah naluri melestarikan jenis, bisa disebut ghorizah nau’. Penampakannya ya yang seperti digambarkan diawal tadi. Kita bisa jatuh cinta sama seseorang, sayang sama ibu dan bapak, teman, sodara, dan juga kebutuhan kita untuk disayangi serta dicintai.


Nah… naluri ini muncul ketika ada rangsangan dari luar. Contohnya gini nich….. suatu ketika dimalam hari, kamu ada disuatu tempat yang remang-remang N sepi, tapi disebelah kamu ada cowok cakep, nah… nau’-lah yang bakalan muncul ketika itu. Tapi, jika saat itu kagak ada siapa-siapa, baqo’-lah yang muncul (karena pasti kamu takut ketemu sama yang namanya setan, khan……) Ketika yang namanya naluri muncul, dan kalo kita memenuhinya akan membawa kita pada kemaksiatan, ya jangan dipenuhi…. Tapi, alihkan pada sesuatu yang laen. Seperti dikatakan diatas, bahwa naluri ini kalaupun tidak dipenuhi, manusia kagak akan mati, paling-paling cuman gelisah. Bisa dialihkan?!! Of course guys. Buktinya, saat kamu lagi dimarahi ama kepala sekolah, apa kamu bakal ingat sama cowok yang lagi jadi idam-idaman kamu?!! Enggak khan!!
Karena manusia hidup tuh hanya untuk memenuhi potensi-potensi ini tadi, maka diperlukan suatu aturan supaya pemenuhannya bisa pas, sehingga tidak ada yang namanya mengumbar nau’ (nafsu seksual), atau mengumbar baqo’ (dengan cara mencari harta sebanyak-banyaknya, gak peduli halal ato haram), de el el. Dan aturan siapakah itu, tentunya adalah aturan Allah, Dzat yang Maha Tahu hakekat ciptaannya, sehingga tahu mana yang paling baik bagi manusia dan mana yang kagak.


Dan karena bahasan kita kali ini adalah masalah Cinta Adam dan Hawa, maka kita akan mengupas tuntas seputar ghorisah nau’ ini. Bagaimana dia harus dipenuhi, kapan dia harus dipenuhi, dan kapan kagak…..

MENJALIN HUBUNGAN
Kita hidup ini khan bermasyarakat (karena kita tergolong makhluk sosial), sehingga dalam masyarakat, kita kagak mungkin hanya berinteraksi dengan makhluk yang sejenis aja…. Dan disana jelas terjadi hubungan anara pria dan wanita. Nah…. sebagai seorang yang ngakunya muslim, kita juga mustinya nengok kata kamus kita (al Qur’an). Karena dalam Islam itu, semua aktivitas pasti ada aturannya. Eh…… inget khan, kalo’ Islam tuh kagak ngebahas masalah ibadah doang, misalnya sholat, puasa, zakat atopun puasa. Islam ternyata juga ngatur maalah hubungan manusia dengan manusia yang laen, misalnya jual-beli, pendidikan, termasuk juga pergaulan antara pria dan wanita.


Di dalam Islam, yang namanya hubungan antara pria dan wanita betul-betul diperhatikan cing….. Karena, kesalahan dalam hubungan itu akan sangat berbahaya (seperti contoh diatas). Baik itu pria ataupun wanita, keduanya memiliki ghorizah nau’ (naluri untuk tertarik antara satu dengan lainnya). Sehingga…… Islam membatasi interaksi antara pria dan wanita ini. Membatasi disini bukan berarti kita kagak boleh ngomong ama lawan jenis ato malah ketemu sama mereka sama sekali (Islam ‘gak se-ekstrem itu kok….).

Dalam Islam, ada beberapa kondisi yang memperbolehkan interaksi antara pria dan wanita, seperti: jual beli, masalah pendidikan, kesehatan, de el el. Ini karena mereka semuanya adalah hamba Allah SWT. Semuanya saling menjamin untuk mencapai kebaikan N ngejalanin ketakwaan dan pengabdian hanya kepada Allah SWT tanpa ngebedain apakah dia pria ato wanita. Sebagaimana firman Allah:

“Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah yang diutus kepada kalian semuanya” (Terj. QS al A’raf: 158).

Meskipun demikian, Islam sangat berhati-hati dalam menjaga permasalahan ghorizah nau’ ini. Sehingga….. Islam melarang segala apa yang bisa mendorong terjadinya hubungan seksual yang tidak disyariatkan oleh Islam (dalam pernikahan). N ternyata Islam juga menetapkan hukum-hukum tertentu terkait dengan hal ini. Diantaranya:
Islam memerintahkan manusia untuk menundukkan pandangan. “Katakanlah kepada laki-laki Mukmin, hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Sikap demikian adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Mahatahu atas apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita Mukmin, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya” (Terj. QS an Nur: 30-31).
Adanya perintah Islam kepada kaum Hawa untuk mengenakan pakaian secara sempurna, yaitu yang menutupi seluruh aurat wanita. “Janganlah mereka menampakkan perhiasannya selain yang biasa tampak pada dirinya. Hendaklah mereka menutupkan kerudung (khimar) ke bagian dada mereka” (Terj. QS an Nur: 31).
“Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita Mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” (Terj. QS al Ahzab:59).
Islam ngelarang seorang wanita melakukan perjalanan lebih dari 1 hari 1 malam, tanpa disertai mahramnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak diperbolehkan seorang wanita yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali jika disertai mahramnya.”
Larangan Islam bagi pria dan wanita untuk berkhalwat (berdua-duaan). “Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).
Islam ngelarang wanita untuk keluar rumah tanpa seijin suami ato walinya (ayah misal).
Islam menetapkan bahwa seorang wanita hendaknya hidup ditengah-tengah komunitas wanita, dan pria ditengah-tengah kaum komunitas pria.
Hubungan antara pria dan wanita ditetapkan Islam hanya dalam hal-hal yang bersifat umum aja. Misal, urusan-urusan muamalat. Bukannya hubungan yang bersifat khusus semisal: curhat-curhatan, jalan-jalan malam mingguan, yang dengan aktivitas ini yang namanya nau tadi tuh pasti bakalan muncul.
Intinya Non……. kalau Islam dah bilang seperti ini, ya konsekuensi atas keimanan kamu adalah kagak ada banyak protesnya plus mengambilnya dengan penuh keikhlasan. Berarti hanya ada satu solusi untuk memenuhi naluri ini…. NIKAH (ehm….kalo kamu dah siap). Nah….. pertanyaannya sekarang, trus gimana dong kalo’ kita mo nikah?! Apa nunjuk orang, trus besoknya langsung nikah?!! Kan belom tahu seluk beluk calon suami kita……

Sobat tersayang…. tenang aja, karena ternyata Islam juga ngasih tahu solusinya. Namanya khitbah (meminang). Ketika proses khitbah ini, kamu-kamu boleh bertanya apapun ampe’ detil tentang calon istri/suami kamu. Tapi, tetep harus syar’i. Kagak boleh ngeluarin jurus rayuan gombal…. plus kagak berkhalwat. Yang perempuan harus ditemenin ama mahramnya. Bisa batal kagak, kalo ternyata “dia” kagak maching ama kita?? Tentu aja boleh…. Kita mah tetep harus milih-milih, mana yang cocok mana yang kagak.

So…. kesimpulannya, kagak usah ragu untuk ngambil aturan ini karena memang dia datangnya dari Allah SWT, Dzat yang Mahatahu mana yang terbaik buat kita-kita. Dan inilah bukti cinta kita kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, tul gak……?!! Yaitu, dengan mentaati seluruh perintahnya N ngejauhin seluruh larangannya-Nya.



read more

Kencan Online Siapa Takut

Kencan Online ? Siapa Takut! Kencan online memang salah satu aktivitas yang mengasyikkan. Namun kita juga terkadang menjadi orang bingung ketika mencari si dia.



Dimulai dari rasa iseng semata , ternyata kencan online dapat dijadikan sarana hiburan baru bagi para netter. Asal tahu batas dan etika yang harus diutamakan, maka dampak negatif dapat dihilangkan. Karena itu, agar kencan online Anda berlangsung asyik dan sebagaimana mestinya, kiat-kiat berikut ini bisa jadi akan menolong. Siapa tahu si dia bisa menjadi pacar "nyata" Anda.

Jadilah Inspirator Jadilah inspirator.Ikut dan berperan aktif dalam berbagai fasilitas chatting atau biro jodoh atau mak comblang online, yang sebaiknya situs lokal agar kita tahu siapa yang akan menjadi target dan sesuai dengan domisili kita..
Kencan sebagai etika berperilaku Selalulah antusias dan bersikap positif. Bisa dipastikan kencan Anda akan berlangsung lancar bila semboyan "Positive thinking is positve mind" diaplikasikan didalam tata krama pergaulan

Mulailah percakapan ringan Kata pembuka yang paling utama adalah menyaatakan "Apa khabar?". Bicaralah, ajukan pertanyaan , beri jawaban untuk menolong, dan nyatakan pendapat Anda. Sehingga Anda mempunyai bahan yang ingin dibicarakan daan partner Anda tidak merasa canggung untuk meneruskan kontak. Galilah topik-topik yang ada relevansinya dengan kencan sehingga dapat membawa susasana yang diinginkan Nikmatilah
Rasakan alur suasananya secara penuh , sepenuh hati dan penuh spontanitas. Tunjukkan bahwa Anda betul-betul menikmatinya. Jangan hanya sebagai selingan waktu.


Gunakan simbol Atau tanda-tanda gaul yang berlaku ( khususnya ketika chatting), seperti :-) untuk tersenyum aatau :-D untuk tertawa. Hal ini berguna untuk efisien waktu dan tenaga, sehingga meminimalisasikan kesan bahwa chatting itu lambat dan membosankan Jadilah Tuan rumah Ubahlah perilaku Anda dalam berhubungan . Anda bukanlah orang yang serba menunggu , tetapi adalah panitia penyambutan.Jadilah Tuan rumah yang baik, melayani dan menservice tamu , sehingga sang tamu dapat kerasan bercakap-cakap panjang lebar dengan Anda.
Pendengar yang baik Jadilah pendengar yang baik dan tulus. Jangan suka memotong pembicaraan secara tiba-tiba. Bila Anda sudah bosan dengan topik yang sedang diangkat, alihkanlah secara berlahan-lahan sehingga tidak menyinggung perasaannya.
Pujilah pathner kencan online Anda. Pujian terbaik memiliki unsur kejutan tersendiri serta timing yang tepat. namun harus dingat bahwa pujian Anda haruslah tulus , jujur dan ikhlas.
Kirim email Laangkah ini dilakukan untuk hubungan lanjut , tetapi sebaiknya gunakan fasilitaas e-mail samaran untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan.


Telepon dan janjian Hal ini sangat penting bahwa Anda ingin membina hubungan yang lebih serius. Hal ini mungkin hanya dapat dilakukan bila Anda yakin bahwa pasangan Anda tersebut bisa dipercaya.
Jangan terlalu mengharap Jangan terlalu mengharapkan pasangan chatting Anda dengan bayangan indah setinggi langit..terimalah ia dengan apa adanya, jadikanlah ia teman...jangan terlalu memiliki perasaan yang berlebihan bisa jadi ia memang hanya ingin menjadi teman Anda. Tapi mana tau juga seperti temen saya...mereka ternyata benar-benar jodoh!


read more

Darimana Datangnya Pacaran?

Yang jelas datangnya bukan dari sawah turun ke kali. Ide pacaran bisa diemban siapa saja, mulai dari ABG sampai kepada orang tua pun bisa mengusungnya, meskipun bentuk dan implementasinya beda satu sama lain. Pacaran atau bahasa kerennya free sex, atau seks haram tidak dikehendaki oleh Islam. Namun kalau kita melihat ada sebagian yang masih menjujung tinggi nilai-nilai pacaran (baca : mengagumi), sebenarnya mereka salah dalam pengimplementasian cinta. Cinta, lima kata itu, memang kadang membuat dilema, betapa tidak karena cinta itulah akhirnya ABG atau siapa saja mulai siap memasuki dunia pacaran.



Cinta itu sendiri adanya pada diri manusia adalah natural/alamiah, merupakan pemberian dari Allah sebagai potensi kehidupan bagi manusia, yang merupakan perwujudan dari naluri manusia berupa naluri untuk meneruskan keturunan (gharizatul nau). Adanya cinta pada diri manusia tidak akan dihizab, sebab itu adalah qadha' (keputusan) Allah, orang ingin bercinta itu wajar/normal, sebab dalam dirinya memang ada naluri itu. Tapi yang akan dihizab oleh Allah adalah kemana si empunya naluri menggerakkan naluri dan kepada siapa diberikan cinta itu. Oleh sebab itu Islam sendiri sebagai dien yang fitrah bagi manusia, tidak melarang orang yang mempunyai cinta, tapi perwujudan dari cintanya itu yang akan diatur oleh Islam, dan aturan Islam oleh Allah, sendiri memang sudah pas untuk "porsi" manusia, sehingga syara' menetapkan aturan tertentu dalam mewujudkannya sehingga perbuatan seorang muslim diharapkan tidak menyimpang dari aturan syara. Jadi Islam tidak melarang cinta itu sendiri tapi perwujudan dari cinta itu yang diatur (dilarang dan dianjurkan).

Yang dialami oleh para pengusung ide pacaran itu adalah kesalahan dalam mewujudkan cinta itu. Dimana sebenarnya cinta yang merupakan alamiah pemberian dari Allah oleh pacarawan dan pacarawati diselewengkan, artinya pada orang yang pacaran itu ada unsur tidak wajar terjadi disitu, yaitu unsur paksaan, memaksakan cinta yang sebenarnya fitrah itu kepada seseorang yang dianggap dicintanya, meski sesungguhnya orang yang katanya dicintainya itu tidak dicintainya, akhirnya karena ada paksaan dari dirinya atau dari luar dirinya akhirnya cinta itu jadi ada tapi berupa paksaan, seperti pepatah jawa "tresno jalaran saka kulino" (cinta itu datang karena keseringan/paksaan)

Ketidakwajaran yang lain dari cintawan dan cintawati yang mewujudkan cintanya lewat pacaran adalah menjadikan orang yang dicintainya sebagai tujuan, sehingga apa saja yang terjadi dengan cinta adalah pacaran jawabannya. Orang yang sedang merasakan falling in love ditambah lagi first love cenderung mengindahkan sesuatu yang sebenarnya tidak indah, mengenakkan sesuatu yang kadang tidak enak, sehingga bisa saja taek kucing rasa coklat. Orang yang bercinta dan berwujud dalam pacaran akan cenderung buta "love is blind" ungkapan semacam itu sering muncul, apa yang terjadi selanjutnya adalah ATLANTA (aku terlanjut cinta), sehingga karena atlanta itulah, akhirnya rela diapa-apakan sama si pacarnya, buktinya ? banyak sekali buktinya. Yang terjadi sekarang adalah orang cenderung menyalahkan cinta itu sendiri, tapi pacaran itu sendiri masih mengalami kerancuan dalam definisi bahkan dilegemetasi seperti sinetron "PD" dan sinetron lainnya agar terasa pacaran itu diperoblehkan dalam Islam.

Ada yang mengambil pacaran sebagai jalan untuk mengenal lawan jenisnya yang entah nanti diteruskan dalam bentuk keluarga atau tidak, artinya bisa saja orang pacaran karena ingin menguji pacarnya apakah dia setia/ cinta atau tidak, lalu akhirnya terjadilah hamil diluar nikah. Kalau sudah begitu orang tua juga akhirnya kalang kabut, ada orang tua yang diam dengan pelecehan seksual tersebut, mungkin sebab malu, karena anak yang diharapkan bisa ikut membantu orang tua meringankan bebannya dengan tidak pacaran malah justru terjadi trouble maker semacam itu. Ada juga ortu yang karena takut akhirnya tidak melaporkan kejadian itu pada yang berwajib, takut diancam keluarga si pemerkosa atau takut justru nanti anaknya malah gila atau stres karena ada tekanan dari masyarakat. Ada juga ortu yang karena ketidaktahuan akhirnya membiarkan masalah itu terjadi begitu saja, kalaupun nantinya anaknya melahirkan dari hubungan seks haram itu ya tetap saja dibiarkan hidup tanpa ada resiko sama sekali tentang hukuman yang bakal diterima si pezina, nah yang seperti ini diidap oleh ibunya Dini yang diperankan Lydia Kandow.

Apa Alasan Remaja Berpacaran?

Sebut saja Rendy, anak laki juragan kambing yang tinggal di perumahan elit kota ini. Wajahnya cool,badannya tegap dan berotot. Dengan penampilannya seperti ini, Rendy jadi idola di sekolahan. Jangan heran kalo pesonanya itu bisa membuat puluhan anak cewek merasa kudu bersaing untuk mendapatkan cintanya.
Cinta dari seorang pria yang nyaris sempurna. Tentu,kalo kesempurnaan manusia hanya diukur dari bentuk luarnya; tubuh, wajah, dan pakaian yang membalut kulitnya. Tampang Rendy memang oke. Dengan kata lain, cowok putih manis ini punya semacam bargaining power(cieee..), untuk bisa pasang pesona. Artinya, nggak malu-maluin kalo berlomba untuk jual pesona dengan anak cowok lain. Boleh dibilang, Rendy memiliki segalanya; wajah kece, bodi keren, pakaian oke punya, dan duitnya kayak nggak pernah abis. Lihat aja dompet doi tebel terus. Maklum, bokapnya tajir banget sebagai jurkam alias juragan kambing.

Seperti kebanyakan remaja lainnya, Rendy juga udah berani deket-deketan ama anak cewek. Maksudnya tentu bukan deket-deketan kayak lagi naik angkot, tapi doi udah berani nge-date. Nah, gebetan Rendy ternyata keren juga, Non. Lolita, nama anak gadis itu. Ia emang kesengsem berat ama Rendy. Pun sebaliknya, Rendy juga ngebet banget pengen jadian sama Lolita yang emang teman satu sekolahnya. Klop. Jadilah, dua insan lain jenis ini mengukir kisah cinta. Dengan latar belakang kehidupan yang nyaris kayak dalam cerita novel atawa sinetron, Rendy-Lolita jadi favorit di sekolah.
Akhirnya, atas keputusan beberapa orang teman sekolahnya, mereka dinobatkan sebagai pasangan paling romantis tahun ini. Pokoknya, kalo ada anak sekolah yang mau seru ama pasangannya, buatlah seperti contoh; Rendy-Lolita.Sampai suatu ketika, pasangan "favorit" ini bubar.

Apa sebab? Lolita hamil dan Rendy nggak mau bertanggungjawab. Lolita bingung, sebab ia harus memilih di antara dua pilihan sulit baginya; membesarkan anaknya dengan risiko putus sekolah dan menanggung rasa malu atau, melakukan aborsi dengan risiko bagi keselamatan dirinya dan untuk melakukan itu ia sudah tahu hukumnya, dosa. Akhirnya, setelah mikir beribu kali, Lolita memutuskan untuk mengaborsi makhluk kecil yang tak berdaya itu. Mungkin karena pertimbangan bahwa ia musti meneruskan sekolah dan biar nggak malu. Sementara Rendy, ternyata doi bukanlah tipe lelaki jentel. Buktinya, doi berlepas tangan, bahkan konon doilah yang membujuk Lolita supaya melakukan aborsi. Alasannya, doi kudu lulus sekolah, kudu bisa kuliah, dan yang pasti memang belum siap jadi ortu. Nah, lho.

Inilah satu kisah tragis akibat pacaran. Masih banyak kisah serupa yang berawal dari hubungan haram ini. Seperti yang udah banyak disinggung di buletin ini.Kita nggak pernah bosen untuk ngingetin, bahwa pacaran itu adalah pintu menuju zina. Hampir di setiap kesempatan kita juga mengkampanyekan, bahwa pacaran adalah perbuatan haram dan wajib dihindari oleh setiap orang yang merasa dirinya Muslim. Pacaran adalah sarana menuju seks bebas. Iya kan? Sebab pacaran sendiri adalah gaul bebas, maka biasanya ada hubungan yang sangat erat, dan nggak heran kalo kemudian

melakukan seks bebas. ih?

Hubungan Rendy-Lolita yang kelewat hot dalam kisah fiktif di atas akhirnya berbuah malapateka. Yang rugi keduanya dan kedua ortunya. Udah gitu, dampak sekunder akibat gaul bebas ini makin tambah runyam; aborsi,kekacauan nasab (garis keturunan), dan penyakit menular seksual. Ih, serem amat ya?
Sekadar tahu saja, korban-korban akibat seks bebas yang kena PMS ini sudah ada sejak dulu. Bahkan orang-orang top di jamannya; seperti gerombolan Columbus, Julius Caesar dan Cleopatra VII, Raja Charles V, Charles VII, Raja Henry VIII, lalu Edward VI, Peter Agung, Katarina Agung, hingga Benito Mussolini, Napoleon Bonaparte, dan Adolf Hitler adalah tokoh-tokoh dunia yang terkenal sebagai penderita penyakit kotor sipilis dan gonorhoe. Juga bisa ditunjuk hidung rombongan selebritis Hollywood macam Brad Davis, Rock Hudson, Fredy Mercury, Tony Richardson, dan Ian Charleson. Mereka koit dihantam AIDS.

Itu sebabnya, tradisi jahiliyah ini mesti digugat keberadaannya. Sudah saatnya budaya yang lahir dari peradaban rusak ini diboikot, bahkan seharusnya dihilangkan dari daftar pergaulan muda-muda Islam. Jangan sampe kejadian serupa menimpa adik-adik kita yang mulai beranjak remaja. Pokoknya harus dihilangkan dari benak remaja Islam.

Ya, untuk selamanya. Pacaran di mata remaja Banyak teman remaja yang kalo ditanya tentang alasan mereka berpacaran acapkali memberikan alasan seperti ini: pacaran bisa meningkatkan semangat belajar; pacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan alias bikin hidup lebih hidup; pacaran juga untuk mengetahui pribadi pasangan dari yang dicintainya supaya kalo jadi nikah nggak perlu ragu-ragu lagi; pacaran pun diyakini bisa membawa rejeki nomplok (ih, matre amat?); bahkan ada yang mengaku sekadar iseng doang. Alasan lainnya, ada yang mengakui bahwa pacaran adalah jalan terbaik untuk menemukan cinta sejati alias bisa memilah dan memilih siapa pasangan yang memang oke punya (emangnya sepatu?). Dan seabrek alasan lainnya.

Mari kita bahas alasan-alasan mereka. Pacaran bisa meningkatkan semangat belajar? Walah, kayaknya semut juga ketawa tuh kalo denger. Padahal kenyataan di lapangan sangat berbeda. Teori ama praktik bertolak belakang banget. Kalo emang pacaran bisa menambah semangat belajar, tapi kenapa banyak yang amburadul sekolahnya gara-gara menjalani aktivitas ini? Ingatannya sangat tajam kalo disuruh mengingat nama gacoannya, atau tentang kehidupan pasangannya, dan tentang beragam hal yang berkaitan dengan pasangannya. Tapi kalo ditanya tentang hukum gas ideal dalam pelajaran kimia langsung memantul sempurna alias kagak tahu. Tiap malam minggu selalu ada jadwal wakuncar alias waktu kunjung pacar. Lalu kapan mau belajarnya?

Apalagi di sampul bukunya ada foto yang ia sebut kekasihnya. Coba, maksud hati belajar, ternyata malah memandangi terus foto si dia. Di dinding kamarnya, bukannya dipenuhi dengan tulisan rumus-rumus fisika, matematika, atawa kimia yang emang bikin puyeng, tapi malah banyak ditempeli foto-foto pacarnya. Wah, gimana mau bisa belajar? Padahal, setahu penulis, banyak juga yang semangat belajarnya tinggi tanpa kudu menjalani pacaran. Sebaliknya, waktu sekolah dulu, ada teman penulis yang main api asmara, malah belajarnya tambah berantakan bin terbengkalai. Kalo soal rajin dateng ke sekolah emang bener. Tapi yakinlah, tujuan utamanya bukan untuk belajar, tapi cuma pengen ketemu si dia. Bener kan? Aduh, kayaknya ada yang mesem-mesem aja kena sindir nih.

Alasan lain, pacaran katanya bisa bikin fresh pikiran kita. Aduh biyung, kayaknya perlu diedit lagi alasan ini. Yakinlah, itu cuma mengada-ada aja. Buktinya, malah banyak teman remaja yang dibikin puyeng tujuh keliling gara-gara pacaran. Bisa jadi sama puyengnya bila disuruh menurunkan rumus E=mc2. Salah-salah malah ngeluarin pernyataan yang bikin ngakak seisi kelas, sebab doi menyatakan bahwa E=mc2 artinya Einstein mencret-mencret!

Coba aja, bagi teman remaja yang udah saling mengikat janji, rasa ingin memiliki selalu ada. Makanya, setiap pasangannya jauh, ia rindu. Belum lagi kalo pulang sekolah atawa les malam hari, ada perasaan kalo nggak dianterin, takut kenapa-kenapa. Pokoknya jadi beban deh. Padahal sebelum jadian, boro-boro punya pikiran begitu. Bener nggak? Jadi emang tambah bikin pusing seratus keliling.

Eh, temen remaja muslim, ada juga lho teman kamu yang pacaran dengan alasan untuk mengetahui kepribadiannya, supaya kalo jadian nikah nggak usah ragu en berabe lagi. Ya, siapa tahu, kali aja ada yang nyangkut satu untuk dijadikan istrinya nanti. Waduh, sepintas memang oke juga ya tujuannya? Tapi tetap aja alasan seperti ini nggak bisa dibenarkan. Kalo niatnya udah kuat untuk nikah, ngapain kudu pacaran segala? Sebab, kenyataannya banyak juga yang justru setelah berpacaran sekian tahun, malah bubar dengan alasan nggak ada kecocokan. Itu sih, bilang aja mau coba-coba. Lagipula, itu adalah wujud kepengecutan mereka, sebab, kalo udah nikah mungkin nggak bisa sembarangan mutusin. Makanya bagi mereka yang pengecut, pacaran adalah alternatif untuk coba-coba. Kalo nggak cocok kan bisa bilang goodbye. Celakanya, kalo sampe dicobain luar-dalam, wah? Cowok or cewek yang begitu ketahun banget niat jeleknya. Ih, jangan sampe deh kamu juga begitu rupa.
Lagian, kalo alasannya adalah untuk mengetahui info tentang doi, tanya aja sama temannya yang yang emang udah akrab dan bisa dipercaya, atau bisa juga kepada keluarganya. Beres kan? Nggak sulit kok. Alasan teman kamu yang model begini bisa kita mentahkan. Buktinya banyak juga pasangan yang tidak melalui proses pacaran, malah bahagia-bahagia aja tuh dalam rumah-tangganya.

Sobat, bagi kamu yang laki, pacaran juga bisa nguras dompet kamu, lho. Dan tentu bagi yang cewek ketiban rejeki nomplok; dijajanin, main ke tempat hiburan, dibeliin baju, dan seabrek "gula-gula" lainnya. Soalnya, malu dong kalo kebetulan ketemu sama teman lain, pas kamu lagi jalan sama pacar terus diledekin dengan plesetan syair lagu Iwan Fals: "jalan berdampingan tak pernah jajan-jajan"
Ya, ini namanya cinta terpadu alias terpaksa pakai duit. Fakta ini jadi klop dengan tulisan-tulisan yang suka nemplok di pantat truk, "Senyummu merobek kantongku!" (copeeet kali)

Sikap kita
Kawan, bagi kamu yang masih aktif pacaran, segera melakukan pembenahan; putusin aja pacar kamu. Pelajari Islam. Yakinlah, Allah pasti akan memberikan yang terbaik buat kamu. Nggak usah ragu, jodoh di tangan Allah, bukan di tangan hansip (maksudnya kalo kamu kepergok lagi "begituan" sama hansip).
Bagi kamu yang belum terjun ke dalam aktivitas ini, hindari segala peluang yang bakal menyeret kamu ke dalam pergaulan bebas ini. Pelajari Islam, sering hadir di majlis taklim, pengajian sekolah dan bertemanlah dengan anak-anak sholeh di sekolah dan lingkungan tempat tinggalmu. Insya Allah itu bakal meredam keinginan kamu terhadap aktivitas gaul bebas yang emang berbahaya itu. Firman Allah Swt: "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS an-Nûr [24]: 30).

Sobat, pacaran adalah salah satu pemenuhan yang salah dari naluri mempertahankan jenis. Sebab, pemenuhan dan penyaluran yang sah menurut Islam adalah dengan menikah. Sabda Rasulullah saw.: "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu memiliki kemampuan untuk menikah, maka nikahlah, sebab nikah itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan; tetapi barangsiapa belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab puasa itu baginya merupakan pelindung" (HR Bukhari)


read more

HANYA UNTUK KEKASIHKU

Ajari aku tuk mengenal dunia ini
Ajari aku untuk bisa berdiri disaat tubuhku rapuh
Ajari aku agar bisa mengrti akan diriku
karna hanya dirimu yang dapt mengerti & pahami akan hidupku
Ajari aku dalam setiap detak jantungmu, agar aku selalu disampingmu



ijinkan aku menaburkan benih cintaku..
ijinkan aku menyirami dengan segala kerinduanku..
dan ijinkan aku tuk selalu menjaga hatimu...
ku kan menjaganya tiap saat..
ku kan selalu naungi hingga fajar menyengat...
ku kan halau semua dilema di hatimu..

kasih...
ijinkan aku memilikimu...
ijinkan aku memeluk mu...
dan ijinkan aku tuk selalu di dekatmu..
karena hanya dirimu belahan jiwaku...

takan ku biarkan kau jatuh..
dan tak akan kubiarkan kau terluka..
walau ku harus bersimbah derita...
karena kebahagian mu adalah kebahagianku..
selamanya....


read more

HABLUM MINA-ALLAH WA HABLUM-MINAN NAS

mulailah harimu dengan seuntai doa,
tinggalkan ranjangmu yang hangat
sucikan dirimu dengan berwudhu
rasakan kesejukan'a
menetes di bagian2 tubuhmu
dengan berwudhu
kau telah menghapuskan dosa2
pada sebahagian anggota tubuhmu
yang penuh dengan kemaksiatan



Tunaikanlah kewajibanmu kepadaNya
mulailah harimu dengan ucapan rasa syukur
bersykur karena kau masih di bangunkan hari ini
setelah mati sesaatmu
bersykur karena hari ini
kau masih bisa menghirup udara dengan gratis
bagaimana kalau tiba2 kau terserang asma????
tentu kau akan mengeluarkan biaya yang begitu besar tuk menghirup tabung
bersykur karena kau masih di beri kesempatan tuk
berkumpul dengan orang2 yang kau sayangi

maukah kau melakukan hal sesederhana itu?????
kegiatan yang sangat sederhana sekali bukan????
setelah Dia memberikan nikmat yang begitu melimpah kepadamu
kalau tidak di mulai dari sekarang
mungkin akan menjadi sesuatu yang sangat amat berat sekali


read more

MORALITAS PENDIDIKAN PESANTREN

Esei- asei pesantren Tradisi pesantren sebagai bentuk akulturasi budaya dengan islam. Menurut dzamaksai Dhofir, yang dimaksud islam tradisional ialah islam yang masih terikat kuat dengan pikiran-pikiran para ulama ahli fiqh(hukum islam), hadist, tafsir, tauhid,(teologi islam) dan tasawuf yang hidup antara abad ketujuh sampai dengan abad ke tiga belas. Tetapi ini tidak berarti bahwa islam tradisional dewasa ini tetap terbelengu dalam bentuk-bentuk pikiran dan aspirasi yang diciptakan oleh ulama pada abad-abad tersebut. Memang betul, dari abad ke tiga belas sampai akhir abad sembilan belas perumusan resmi tentang islam tradisional sedikit sekali mengalami perubahan yang mendalam, proses perubahan itu telah melahirkan suatu kekuatan “ekspansi” yang tersalur dalam berbagai bentuk aktifitas.


Cliffrod Greetz menggolongkan masyarakat islam jawa menjadi tiga kelompok; santri, priyai, dan abangan. Sekarang tesis greetz ini banyak digugat orang. namun masih menunjukkan kompetensinya sebagai rujukan berbagai macam analisa tentang masyarakat pesantren.tidak berkelebihan kalau dikatakan bahwa “tradisi pesantren”yang diungkap oleh dhofir sedikit banyak juga hasil telaah mendalam terhadap tesis greetz. Secara khusus model masyarakat islam greetz ini terganmbar dalam komunitas santri “modern”. Santri yang tergolong dan dikonotasikan dengan “orang sarungan”dan priyayi dari masyarakat keraton, bisa terlihat tergabung dalam budaya masyarakat santri modern. Seorang santri bisa saja menonjolkan watak keislaman yang kental, tapi sikap hidup dan tata cara pergaulannya sedikit banyak masih menunjukkan ciri khas masyrakat keraton. Banyak pula santri yang pakai dasi, jas dan celana. Semua ini tidak lepas dari faktor sejarah. * Akulturasi Budaya Tuntutan lerevansi pendidikan pesantren dengan realitas zaman memaksa tokoh-tokoh pesantren, utamanya dari kalangan mudarnis, melakukan study banding terhadap sistem budaya pesantren engan budaya kontemporer (baca; budaya luar). Tetapi fisi yang mereka gunakan kadang kurang sesuai dengan tradisi pesantren. Secara keilmuan pesantren dikaji dari sudut pandang kultur-empiris-realistik, sementara budaya pesantren bersifat kultur-historis-konfensional. Bila perbedaan fisi seperti ini di gunakan untuk menganalisa kecendrungan-kecendrungan di pesantren akan menghasilkan antitesis, bukan sintesis. Budaya pesantren merupakan salah satu bagian setting sosial islam, yang mengakui perbedaan “takdir” manusia dalam pendekatan intelektual terhadap permasalahan yang terungkap didunia empirik. Tradisi pesantren merupakan salah satu bentuk budaya akulturasi budaya indonesia dengan ajaran islam. Kesetimbangan itu, tradisi pesantren tidak kita temui di negara islam yang lain kecuali hanya indonesia. Praktek keislaman yang di bumbui budaya lokal semacam itu, pernah diungkap oleh Simon Van Den Berg dalam kata pengantarnya untuk terjemahan bahasa inggris terhadap buku tahafud al-Tahafud milik Ibnu Rush. Van Den Berg menulis demikian”mungkin bisa dikatakan bahwa santa maria yang di bangun atas minerva (dewi kebijaksanaan romawi sama dengan dewi athena yunani) adalah lambang budaya Eropa. Tapi tidak boleh dilupakan bahwa masjid pun dibangun diatas kuil Yunani”. Dr. Nur Kholis Madjid mengkritik postulat Van Den Berg terlalu berlebihan. Lebih lanjut cak Nur menjelaskan, masjid juga diberikan diatas kuil Yunani terasa sangat berlebiahan. Akan tetapi cak Nur Masih mengakui adanya unsur kebenaran dalam postutat Van Den Berg tersebut. Walaupun hanya pada batasan historik. Dalam batasan tersebut, tradisi pesantren juga termasuk lambang Budaya Islam lokal seperti yang dimaksud oleh Van den Berg. Cuma konteks geografisnya berbeda. Karena dia orang Eropa, tentu saja Van den Berg memilih Yunani dan Romawi sebagai lambang akulturasi Budaya.sesuai dengan latar belakang geografis tempat Van den Berg tinggal. Sementara tradisi pesantren yang berkembang diatas unsur agama Islam dan Budaya Jawa, memiliki latar biografis Indonesia sesuai dengan tempat dimana pesantren itu ada. Walau konteks geografisnya berbeda, tradisi dipesantren memiliki determinasi akulturasi budaya yang sama dengan lambang budaya Eropanya Van den Berg, yakni sama-sama dipengaruhi dan mempengaruhi cara-cara menerapkan ajaran Islam. Akulturasi Budaya itu bisa terjadi akibat impulse Universalis Islam. Disamping menimbulkan dampak negatif, impulse universalisme juga banyak membawa pengaruh yang positif. Dalam sejarah perkembangan intelektual dan budaya lokal terhadap ajaran Islam sudah merupakan hal baru lagi. Itu terjadi karena cendikiawan muslim makin intens melakukan studi dan seleksi terhadap hal-hal yang bisa berdampak positif dan yang negatif, untuk kemudian melakukan pilihan mana yang pantas diambil dan mana pula yang harus dibuang. Cliffort Geertz memandang akulturasi Budaya jawa dengan ajaran Islam sebagai fenomena yang positif guna menyambung dua peradaban. Dalam hal ini Geertz memilih sunan Kalijaga, Geertz menulis demikian “.....sebagai sesuatu pelambang dan ide berwujud nyata Sunan Kalijaga mempertemukan jawa yang Hindu dan jawa yang Islam, dan disitulah terletak daya tariknya. Sama juga untuk kita dan juga untuk orang lain. Apapun sebenarnya yang terjadi, ia dipandang sebagai jabatan antara dua peradaban tinggi dua epos sejarah, dan dua agama besar yaitu; hindualisme, Budhaisme Majapahit yang disitu ia dibesarkan dan Mataram Islam.” Nampaknya adanya pengaruh tertentu lingkungan budaya lokal dalam ekspresi keagamaan seseorang merupakan sebuah keniscayaan, seperti diakui oleh Ibnu Chaldun dalam bukunya yang termasyhur, “Muqaddimah”, ia memaparkan tentang konstalasi bagaimana budaya lokal mempengaruhi aplikasi ajaran agama Ibnu Chaldun memulai bahasanya dengan bertitik tolak dari pembagian bola bumi menjadi tujuh daerah Kimatologis dengan pengaruhnya masing-masing dalam watak para penghuninya Ibnu Chaldun memaparkan teori tentang pengaruh keadaan udara suatu daerah terhadap akhlaq serta tingkah laku orang-orang setempat. Mencermati ketentuan tersebut, kita bisa menilai bahwa kedatangan Islam selalu mengakibatkan atau pengalihan bentuk (transformasi) sosial-budaya menuju kearamh yang lebih baik. Tapi pada saat yang sama kedatangannya tidak mesti destruktif atau bersifat memotong suatu masyarakat dari masa lampaunya semata, melainkan juga dapat ikut melestarikan apa saja, yang baik dan benar dari masa lampau itu, dan bisa dipertahankan dalam ajaran Universal Islam. 2. Kepemimpinan Paternalistik Telaah Terhadap Kesatuan “Mutlak” Santri Pada Kiyai. Belakangan ini timbul gugatan dari kalangan ilmiah terhadap model ketundukan santri pada kiyai. Dipertanyakan, apakah ketundukan tersebut masih relevan dipraktekkan, sementara egolitarianisme dan kesamaan derajat dalam berpendapat dan bertindak tengah betol-getolnya disuarakan oleh masyarakat Islam modern? Ada yang berargumentasi bahwa, secara logis dan ilmiah kepatuhan “Mutlak” santri pada kiyai adalah kejanggalan struktural, tidak patut ada dalam masyarakat kontemporer. Lebih lanjut ditegaskan sikap patuh demikian menyebabkan seorang santri sama sekali tidak berhak mendiskusikan apa yang disampaikan oleh kiyai. Akibat logisnya tentu saja adalah stagnasi proses belajar itu sendiri, hal mana jelas berlawanan dengan konsep pendidikan modern. Sebenarnya penulis mengakuikalau kepatuhan santri kiyai seperti diatas juga mengandung sisi negatif. Tetapi sisi tersebut disebabkan oleh faktor psykologis. Dikarenakan esensi komunikasi antara kiyai dengan santri sebagai orang dewasa yang dipercaya memiliki segala kelebihan, kiyai menempati posisi puncak diminta santri, hal mana menjadikan santri merasa dirinya “Kenl” sehingga ia menganggap sama ilmu yang ada padanya tidak berarti dihadapan kiyai. Pengaruh kejiwaan terrefleksi dalam bentuk tingkah laku, aktivitas, perubahan dan kerja yang dilakukan oleh santri. Padahal bagi kiyai sendiri keberadaanya tidak seperti yang digambarkan oleh santri. Sebagai pembimbing, kiyai menganggap dirinya adalah orang tua, “parter”, dan guru yang siap membina serta menerima keluhan dan kesulitan yang dialami oleh santri, untuk kemudian dicarikan solusi agar santri terbebas dari segala permasalahan, termasuk juga tentang masalah yang ada di dalam kitab kuning, jadi tidak benar kalau dikatakan bahwa kepatuhan santri pada kiyai itu sama sekali menutup pintu dialog dan diskusi. Timbul suasana stagnasi keilmuan hanya disebabkan oleh faktor-faktor personal, datang dari santri sendiri yang secara psykologis merasa “takut” berbicara de kiyai. Buat kiyai sendiri, beliau sebenarnya bersedia membuka pintu rumahnya 24 jam penuh untuk mendengar keluhan santri. Seluk Beluk Kepemimpinan
Dalam mengkaji masalah kepemimpinan kiyai, kita harus menggunakan pendekatan sosiologis-normatif. De pendekatan tersebut, aspek-aspek yang melekat pada konstelasi kepemimpinan kiyai terhadap santrinya bisa dikaji secara menyeluruh. Kiyai adalah manusia biasa. Walaupun beliau diberi kelebihan oleh Allah SWT sebagai pemimpin, namun sifat-sifat manusia yang salah dan benar sekaligus juga tetap melekat pada dirinya, karena itu kelak ia akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah berkenaan dengan aplikasi kepemimpinannya. Dalam hal demikian, Allah telah memberikan etika agama agar dijadikan sumber nilai oleh kiyai. Kalau kiyai benar-benar menjalankan mekanisme kepemimpinannya sesuai etika agama, sudah pasti dapat membawa implikasi yang positif bagi pesantren khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Secara sosial politik-kiyai wajib memerankan dirinya sebagai pelindung umat, bukan malah menciptakan kesulitan semua ketentuan tersebut merupakan kewajiban merupakan moral dan dibakukan oleh ajaran normatif, serta telah dipahami oleh masyarakat sebagai ketentuan yang harus dilaksanakan oleh kiyai. * Syarat-syarat Pribadi pemimpin H. Abu Bakar Atjeh menjebut beberapa faktor penyebab menjadi kiyai yaitu: pengetahuannya, kesalahannya, keturunannya dan jumlah murid (yang terakhir khusus untuk kiyai besar). Van den Berg memberikan ketentuan yang hampir sama dengan Abu Bakar Aljeh. Yakni: keturunan, pengetahuan agama, jumlah murid dan cara dia mengabdikan dirinya pada masyarakat. 3. Penghormatan Semu Tinjauan Tentang Arogasi Dan Eksklusifisme Menurut Soerjono Soekarno, istilah community dapat diterjemahkan sebagai “Masyarakat setempat”, istilah mana menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Murtadlo Mutlahari menulis, “suatu masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang sangat terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas”. Seperti maksud tulisan Soerjono dan Murtadlo, masyarakat pesantren juga termasuk salah satu terjemahan community yang memiliki kelompok-kelompok kecil maupun besar, dan masing-masing senantiasa terlibat dalam interaksi sosial, ekonomi, bahkan secara politis pula. Akibat modernisasi, model kehidupan dan segalay muncul dipesantren saat ini tervisualisasi, seperti masyarakat pada umumnya.pesantren bukan lagi sebuah komunitas eksklusif yang hanya diperkuat oleh gambaran sebagai lembaga sosial yang bersifat rural, pastoral, idelik dan penuh dengan mitos-mitos-arkadian. Dalam konsep pengembangannya pesantren juga menggunakan pendekatan human ecology dengan prinsip people centered yang oleh David C. korten dan Rudy Klauss dalam bukunya “people centered Development” di beri pengertian sebagai pendekatan yang mementingkan inisiatif kreatif dari masyarakat sebagai sumber utama pembangunan serta menekankankesejahteraan materiil dan spirituiil masyarakat sebagai tujuan dari proses pembangunan. Kecuali secara kultural, saat ini pesantren benar-benar telah melembaga dengan permanen dan pengertiannya memang melampaui batas-batas awal, dan berhasil meniadakan dikotomi masyarakat islam Indonesia. Demikian pula secara sosial-politik apa yang menggenjala dalam konstelasi struktural masyarakat umumnya, juga terjadi pada lingkungan pesantren. Tidak hanya di pesantren, fenomenal struktural seperti itu banyak kita jumpai terjadi pula pada konstelasi politik dan biokrasi kita dalam hal penghormatan, mereka yang tergolong binokrat rendahan biasanya suka sekali, bahkan sangat bangga bila ada orang yang membungkuk-bungkuk ketika berjalan di depannya lebih jauh mereka malah memaksakan terjadi pada orang yang dianggap pemimpin seperti mereka itu? Bukankah seorang pemimpin itu bertugas melayani dan membina orang, dan kesetimbangan itu justru merekalah seharusnya yang lebih menghargai orang? dalam tinjauan kepemimpinan pertanyaan-pertanyaan ini menarik untuk dijadikan bahklan diskusi, dan perlu dibahas lebih jauh, sebab sebagai fenomena sosial-politis sikap-sikap buruk diatas bisa menyanngkiti setiap orang dimanapun ia berada. Selain itu, kesetimbangan sikap tersebut merupakan gejala manusiawi yang dimiliki oleh seorang pemimpin termasuk oleh ustadz dan birokrat rendahan itu. Secara paradikmatif-normatif sikap yang ditunjukkan oleh mereka bukan aplikasi konsep sosial politik islam pada sikap mereka tidak ditekankan hubungan kasih sayang, setia kawan, saling bantu, ketentraman dan kedamaian. Padahal hubungan-hubungan tersebut mutlak ditunjukkan dalam interaksi atasan dengan bawahan, agar terwujud kedamaian danketentraman. Memang betul, interaksi atasan dengan bawahan bersifat struktural-politis. Akan tetapi ketika masyarakat islam Indonesia sedang beralih dari jaman agraris ke industri yang diikuti oleh meningkatnya pendidikan, sehingga melahirkan pemahaman baru yang lebih kondusif dan relevan tentang hubungan sosial-politik islam. Timbul gagasan-gagasan baru untuk memperluas konotasi struktural secara antropologis edan sosiologis, agar ajaran islam dapat diterjemahkan kedalam konteks yang lebih aktual menurut bahasa dan konsep yang baru. Hal ini merupakan perkembangan yang lebih genial terhadap perspektif keilmuan islam. Dulu, sebelum perkembangan tersebutmenggejala, persepsi kita tentang struktur kita masih terfokus pada arti politik dan kekuasaan. Dalam arti sempit, struktur berarti “bila punya kedudukan seseorang mesti berkuasa mengatur dan boleh memperlakukan orang lain seenaknya”. Akan tetapi saat ini generasi islam telah memahami kalau struktur itu memiliki cakupan ekonomi, sosial, budaya, juga norma, moral dan nilai. Artinya, persoalan kekuasaan juga tidak lepas dari cakupan-cakupan tersebut. 4. Moral Kebersamaan, Keterburukan Dan Keiskhlasan Santri Kebudayaan ghasab hampir membudaya disetiap pesantren, utamanya di pesantren besar. Anehnya budaya ini seakan dilegitimasi oleh sikap santri juga tidak “muring-muring” sambil berkacak pinggang “Misuhi” anak yang menggasab barangnya. Bila ia butuh terhadap barang yang telah di ghasab, lalu mengapa budaya ghasab di pondok pesantren tidak sampai menimbulkan perpecahan krusial secara santri? Padahal kalau terjadi “di luar sana” sudah pasti berbuntut pada ketegangan. Ada perbedaan mental yang sangat menyolok antara komunitas santri dilingkungan pondok pesantren dengan masyarakat diluar sana. Perbedaan ini disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari. Kepemilikan barang masyarakat luar mutlak atas nama pribadi, individual, tidak ada barang pribadi yang boleh di atas namakan milik bersama, kecuali barang yang di dapat secara kolektif. Persepsi seperti ini menimbulkan mental sense of belonging yang tinggi terhadap milik pribadi dan kurang toleran bila barangnya di pakai orang lain. Puncaknya, tidak sikap arogan dan pengagungan yang berlebihan terhadap harta benda. * Santri dan Anak Kost Pondok pesantren juga tidak dapat disamakan dengan tempat kost, yang terlalu lemah memberikan aturan. Asal tidak merugikan ibu kost (tuan rumah), anak kost bebas melakukan semaunya. Ibu kost juga tidak terlalu peduli seratus persen bila melihat penyimpangan anak kostmya. Bila anak kost ditegur, bisa mengeluh dan pindah ke tempat lain. Untuk urusan Mu’asyaroh (hubungan kemasyarakatan) anak kost kurang memiliki sosialisasi yang tinggi dengan lingkungannya. Mereka beranggapan, terlalu dekat dengan masyarakat bisa mengurangi kebebasan. Kekerabatan yang erat berarti pudarnya batas-batas individual, dan lebarnya satu pribadi dengan pribadi lainnya. Kesetimbangan dalam situasi seperti ini bisa terjadi saling koreksi terhadap segala tindakan dan perbuatan, maka oleh anak kost, kekerabatan dianggap dapat mencampuri urusan pribadi, sehingga melebur secara komunal dengan masyarakat bisa berakibat tidak bebasnya mereka ketika, misalnya “pacaran”. * Sebab normatif Memang betul di pesantren juga terjadi differensi budaya kesetimbangan beragamnya latar kehidupan santri. Namun differensi tersebut tidak sampai menimbulkan masalah-masalah yang takut, sebab setiap gejolak sosial yang timbul dinetralisir atau diminimalisir oleh tradisi pesantren. Hal demikian masih ditambah lagi oleh kuatnya rasa persaudaraan sebagai sesama muslim. Sehingga antara satu santri dengan lainnya, walaupun berbeda latar belakang, sanggup melebur jadi satu membentuk lingkungan masyarakat tersendiri yang jauh berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Secara sosial, dalam anggapan santri timbul rasa saling membutuhkan diantara mereka yang menggambarkan sebuah gejala kemasyarakatan yang pernah disebut Nabi Muhammad SAW, dengan “makanan seseorang cukup untuk dua orang dan makanan dua orang cukup untuk empat orang dan makanan empat orang cukup untuk delapan orang” (HR. Bukhari dan Djabir RA). Ilustrasi sabda nabi tersebut memang mengacu pada makanan. Namun makna pesan yang disampaikan sarat dengan dimensi saling “memberi dan membantu dalam kebutuhan” pada sebuah kehidupan masyarakat. Apa yang terjadi dalam masyarakat pesantren yang sebenarnya merupakan gambaran nyata kehidupan bermasyarakat dalam islam, sebetulnya sudah sejak lama diakui justru oleh kalangan modernis.adakah seorang ahli sejarah Yahudi, Max I. Dimont yang dikutip pendapatnya oleh Abdul Hamid dalam bukunya Al-Mu’in AL-Mubin hal 48, mengilustrasikan hidup betapa terbukanya masyarakat islam, sehinggabangsa Yahudi (yang digambarkan oleh Dimont) ikut pula menikmati keuntungan prinsip-prinsip kemasyarakatan I yang kini dianut secara penuh oleh pesantren. Maka sungguh sangat ironis sekali kalau ada orang Islam sendiri yang kurang simpatik terhadap yang diajarkan oleh islam sudah diakui “keampuhannya: oleh Dimont. 5. Refleksi Perkembangan Pesantren Pasca Modern Perkembangan masyarakat santri pasca modern banyak mendapat perhatian kaum intelektual. Sorotan terutama ditujukan kepada orientasi kependidikan santri masyarakat depan. Santri ini ada pesantren yang mengambil kebijaksanaan menyelenggarakan pendidikan formal, disamping tetap mengajarkan kitab kuning. Apakah dengan sistem pendidikan seperti itu santri mampu beradaptasi dengan realitas kontemporer tanpa harus melupakan tradisi pesantren? Polemik semakin melebar ketika tokoh pendidikan ikut urun rembuk, menyumbang pendapat tentang perlunya didikan pesantren “plus”, yakni sebuah lembaga pendidikan islam yang dipersiapkan untuk menyiapkan santri terampil (dalam artian siap bekerja) sekaligus memiliki integritas ilmu dan moral yang bisa di pertanggung jawabkan. Konsep tersebut banyak diterapkan oleh pesantren-pesantren tersebut. Penyelenggaraan pesantren “plus” merupakan langkah rasional dan antisipatif. Mengingat belakangan ini banyak orang tua diharapkan pada kenyataan dalam dunia pendidikan yang tidak menguntungkan buat anak-anak mereka. Di satu sisi, orang tua mengemban amanat agama agar mereka mampu mendidik anak menjadi manusia yang patuh pada ajaran-ajaran agama. Disisi lain., tuntutan dunia kerja menginginkan sistem pendidikan yang berorientasi pragmatis, lepas dari campur tangan agama dan hanya terfokus sepenuhnya pada keterampilan (psikomotorik) masalahnya sekarang, mana yang harus didahulukan. Dengan pesantre “plus” problematika di atas bisa diatasai. Namun kalangan pesantren tidak boleh gegabah dan terburu-buru mengentroduksir jenis pendidikan gabungan antara umum dan agama, antara yang pramatis dan normatif. Sebab kalau keliru langkah dapat merombak tradisi pesantren, sehingga “pembela” islam tradisional yang menjalankan pendidikanya pada tradisi yang telah lama mapan dan mengakar kuat di masyarakat, kata Zamakhsyari Dhofir pesantren tidak bisa begitu saja membiarkan dirinya mengikuti arus perubahan walaupun di dalamnya di introduksir sistem non tradisi seperti pendidikan umum betul dilakukan pesantren harus tetap concern pada tujuan semula, yaitu lembaga tafaqquh fiddin. Paling tidak pesantren harus mampu mempertegas visi pendidikannya tanpa melakukan kenyataan yang ada kalau tidak demikian pesantren akan terombang-ambing diantara prioritas pragmatis dan normatif. Bila prioritas pragmatisy menang maka pesantren hanya di jadikan tempat transit oleh santrinya. Masuk pesantren untuk keperluan sekolah, lepas sekolah pulang, atau pindah pesantren lain meneruskan sekolah. disini nilai pesantren tak ubah seperti tempat kost. Dibutuhkan jika perlu, dan dilepas setelah keperluan itu usai. * Tujuan pesantren. Pesantren merupakan lembaga pembinaan mental dan “pengekangan” hawa nafsu. Di pesantren ada aturan-aturan yang pantang dilanggar, mengingat semangat santri dulu dengan santri sekarang berbeda, realisasi ketiga diatas harus diimplementasikan lewat peraturan-peraturan pesantren artinya, santri dapat mencapai tujuan yang satu bila tujuan-tujuan lainnya juga bisa dicapai. Walaupun dalam waktu yang berbeda dengan kata lain satu tujuan merupakan syarat buat tujuan yang lain. Metode demikian baru dapat dilihat hasilnya biladitetapkan pada pesantren yang mengelola pendidikan umum. Misalnya untuk santri yang sekolah di SMA. Setiap santri tersebut tetap diwajibkan mengikuti pengajian kitab kuning waktu pelajaran sekolah juga dilaksanakan untuk dapat mengikuti pelajaran SMA, santri lebih dahulu diharuskan mengikuti ujian baca kitab kuning sebagai syarat pendahuluan. Bilaujian baca kitabnya lulus, baru diperbolehkan mengikuti ujian SMA, sebaliknya kalau tidak lulus baca kitab kuning, ujian SMAnya harus di tunda pada kesempatan mendatang. Cara ini masih di tambah oleh pembuktian tujuan yang lain, yaitu kemandirian dan kreatifitas, pada tahap ini, santri diwajibkan menciptakan sebuah karya yang berhubungan dengan jurusannya, dan karya tersebut bisa juga di buat sebagai syarat pengambilan ijazah raport. Contoh diatas hanya sebuah ilustrasi kecil bagaimana caranya menerapkan ketiga tujuan diatas tadi dan masih bisa di kembangkan lagi kearah yang lebih luas, misalnya sampai ketingkat perguruan tinggi jadi masalah yang penting substansi tujuannya tidak keluar dari ketiga tujuan di atas. Dengan demikian, harapan terhadap pesantren “plus” seperti yang selama ini di idealkan oleh masyarakat bisa dibuktikan hasilnya.


read more

Kiprah Pesantren Menangani Korban Trafficking

Meningkatnya jumlah korban trafficking dari tahun ketahun membuat resah. Berdasarkan hasil survei di Provinsi jawa timur dalam satu tahun terakhir tahun 2006, jumlah kasus child trafficking anak meningkat 300 %. Jika pada tahun 2005 jumlah kasus child trafficking hanya 28.892 kasus, pada 2006 melonjak 86.676 kasus. (Jawa Pos, 24 Januari 2007). Angka peningkatan kekerasan yang merisaukan. Penyebab maraknya kasus trafficking, disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi miskin, budaya patriarkhis seperti budaya pemaksaan menikah dini, pembatasan akses bagi anak dan perempuan dan keinginan orang tua yang menginginkan anaknya secepatnya bekerja tanpa dibekali dengan pendidikan dan keterampilan yang memadai.



Di lain pihak, para calo secara gencar mendatangi penduduk miskin untuk membujuk dan merayu para orang tua dan anak-anak untuk bekerja di kota atu di luar negeri. Anak-anak di rekrut melalui calo melalui pendekatan dor to dor dari rumah ke rumah di pedesaan dan pegunungan. Para calo menjanjikan penempatan kerja ke kota, bergaji tinggi dan hidup mewah. Berbagai tipu daya dilakukan guna mengajak dan merayu anak-anak desa untuk bekerja di lain tempat. Para calo memindahkan anak-anak desa ke kota atau ke luar negeri dengan cara ilegal melalui jaringan kejahatan. Setiap hari ratusan anak-anak dikirim ke luar negeri. Terkadang anak-anak di sekap terlebih dahulu, atau di jual ke orang-orang jahat. Persoalan trafficking sangat meresahkan. Anak-anak desa di jual dan dijadikan pelacur. Sebagian lagi di jual sebagai pekerja-pekerja yang mengeksploitasi mereka. Anak-anak dipekerjakan sebagai pengedar narkotika dan terjun di bisnis prostitusi. Ancaman penyakit menular seperti PMS, HIV/AIDS serta kecanduan narkoba mengintai anak-anak pekerja seks setiap waktu. Ancaman kehamilan yang tidak diinginkan bagi anak-anak perempuan yang bekerja di prostitusi menanggung konsekwensi pada kesakitan reproduksi mereka. Resiko kegagalan KB dan akibat yang ditanggung anak-anak perempuan jauh lebih berat. Ironinya, anak-anak perempuan belum tentu mendapatkan invormasi yang benar tentang kesehatan tubuhnya, tapi dipihak lain, bahaya penyakit dihadapan mata anak-anak korban trafficking. Anak-anak korban trafficking rentan dengan gangguan kesehatan mental. Anak-anak umumnya merasa sedih, trauma, depresi, putus asa, dan berkeinginan bunuh diri. Anak-anak merasa ketakutan dan dihantui oleh kekerasan yang telah mereka alami selama ditempat penyekapan atau di tempat kerja. Anak-anak kurang bahagia dan menjalani kehidupan dibawah ancaman majikan mereka. Pada kasus vonis mati yang menimpa para TKI di luar negeri, disebabkan karena perilaku agresif para TKI dipicu oleh tindak kekerasan secara terus menerus dari majikan. Perilaku agresif tersebut disebabkan oleh kemarahan, ketakutan, kehilangan kontrol diri saat bahaya mengancam hidup mereka. Untuk menekan angka kekerasan trafficking, pesantren menjadi alternatif sebagai tempat aman mencegah dan mengobati korban trafficking. Bagaimana kiprah pesantren sebagai shelter yang aman bagi korban kekerasan trafficking? Pesantren sebagai CBO (Community Based Organization)
Sebagai CBO, pesantren selayaknya melebarkan kiprahnya dalam upaya penanganan masalah sosial-kemasyarakatan. Pesantren bisa menjadi tempat yang aman bagi korban kekerasan. Pesantren terbukti memilki kedekatan emosional dan akar historis dengan warga setempat. Pesantren adalah pusat kegiatan masyarakat dan belajar bagi anak-anak. Sekolah-sekolah berbasis pesantren telah berafiliasi dengan keislaman tumbuh kembang sebagai kultur masyarakat pedesaan. Pesantren tumbuh bersama kebutuhan masyarakat dan melekat dengan atribut budaya setempat. Pesantren dalam perkembangannya banyak menjadi tumpuan bagi masyarakat untuk memecahkan persoalan hidup mereka. Pesantren di pimpin oleh kiai yang memilki kedekatan dengan masyarakat sekitar. Dengan demikian akan mudah bagi pesantren menggerakkan masyarakat untuk mencegah terjadi trafficking di masyarakat sekitarnya. Karakteristik masyarakat pedesaan mengakui kiai sebagai panutan, akan memudahkan pesantren menginformasikan dampak-dampak kekerasan trafficking, modus dan operasional organisasi kejahatan kemanusiaan yang menjual anak-anak dari pedesaan dan terbelakang. Pesantren yang eksis mampu menyelamatkan anak-anak yang terperangkap dalam trafficking. PUAN (pesantren untuk anak-anak dan perempuan) merupakan salah satu gerakan pesantren yang di gagas oleh Ibu Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid. Organisasi PUAN AMAL HAYATI berbasis pondok pesantren yang berjejaring dari berbagai pesantren di Indonesia. PUAN sebagai salah satu model alternatif bagi pemberdayaan anak dan perempuan agar terlindung dari kejahatan trafficking. PUAN memilki shelter aman bagi para korban kekerasan. Corak dari gerakan PUAN adalah pusat pengaduan masyarakat akan terjadinya kekerasan yang ditemui di masyarakat dan keluarga, kemudian dirujuk oleh pesantren ke instansi terkait mengatasi kasus kekerasan tersebut. Pesantren perlu membuka shelter yang aman. Bagaimana menggagas agar pesantren aman bagi korban trafficking ? pesantren perlu melakukan terobosan untuk melayani kebutuhan masyarakat. Pesantren sebagai pusat invormasi dan pengaduan korban, Pesantren perlu melakukan kerja sama dengan pihak terkait, dan pesantren perlu membuka klinik dan konseling untuk mengobati tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan. Pertama, Pesantren perlu memiliki kepekaan atau sensivitas untuk menanganai trafficking sebagai agenda sehari-hari. Pihak pesantren concern untuk menginformasikan secara intensif ke masyarakat tentang modus trafficking berdasarkan fakta yang terjadi. Pihak pesantren yang diwakili oleh para pendidik, tokoh kiai, dan para santri senior memberi rasa aman bagi masyarakat. Jika pesantren memperoleh trust (kepercayaan) dari masyarakat sekitar, mudah bagi pesantren menginvormasikan dan mensosialisasikan bahaya trafficking ke masyarakat melalui media pengajian, dakwah, dan beragam acara keagamaan sosial. Masyarakat pesantren perlu terlibat dalam dinamika masyarakat, menunjukkan fakta-fakta operandi trafficking, dan waspada dari bahaya trafficking mengancam masyarakat miskin, patriarkhis, dan perimordial. Kedua, Pesantren perlu melakukan kerja sama dengan pemerintah, para psikolog, dan aparat kepolisian, pengadilan dan pekerja sosial untuk membantu para korban memperoleh bantuan. Pesantren tidak bisa bekerja sendirian untuk mengatasi kekerasan trafficking, karena terkait dengan persoalan hukum, penyidikan dan rasa keadilan. Untuk itulah, pesantren menjadi mitra bagi pihak rumah sakit untuk menjadi rujukan bagi korban memperoleh pengobatan akaibat kekerasan yang dihadapi dai tempat kerja, atau di rumah dan di jalanan. Ketiga, Agar pesantren mampu memulihkan rasa sakit korban, maka pesantren perlu membangun klinik dan konseling sebagai wadah pertolongan pertama terhadap korban kekerasan. Korban memerlukan rasa aman dari pihak-pihak yang akan mengeksploitasi kekerasan mereka. Pesantren perlu mengadakan pelatihan bagi santri-santri senior agar menjadi pendamping korban. Pelatihan sebagai pendamping korban kekerasan dilatihkan oleh ahli konseling, psikolog atau dokter yang berkompeten mengatasi kasus kekerasan. Para pendamping nantinya akan mendampingi korban menjalani hidup di pesantren, seperti, pemulihan dari rasa putus asa, meningkatkan rasa percaya diri, menerima kenyataan dan belajar berbagai keterampilan sosial. Pada akhirnya, upaya untuk meredam impulsif anak-anak dan perempuan dari bujuk rayu calo trafficking dengan cara menguatkan pendidikan melalui sekolah, pesantren dan pengajian. Pendidikan akan menuntun anak dengan sendirinya memilih dan memutuskan mana langkah yang terbaik bagi kehidupan mereka. Dengan pendidikan tinggi, anak semakin bijak dan arif serta mampu menolak apa yang membahayakan bagi hidup mereka. Pendidikan menuntun anak meraih cahaya terang dari Allah SWT. Setiap anak yang diasah dengan pendidikan, makin merasakan hidupnya berarti dan bermanfaat bagi diri, keluarga dan orang lain.


read more

Penindasan Politik Perempuan

PERAN politik kaum perempuan masih sangat kurang. Kendala utama disebabkan oleh laki-laki dan perempuan dalam memandang dan memperlakukan perempuan. Budaya patriarkhi di kalangan masyarakat mengakar dan mendominasi dalam kehidupan. Bahkan dalam lingkungan terkecil seperti keluarga, nuansa dominasi laki-laki sangat kuat. Terlebih di pedesaan. Label dan cap yang diberikan pada sosok perempuan sangat kental sebagai orang lemah, tidak bermanfaat dan terbelenggu ketergantungan telah di doktrin secara turun temurun… baca selengkapnya….



Perempuan dipersepsikan sebagai orang kelas dua yang seharusnya di rumah dan dininabobokkan dengan konsumerisme, hidonisme dalam cengkeraman kapitalisme. Perempuan lemah tidak sepatutnya bergelut dengan dunia politik yang penuh dengan kekerasan dan kekasaran permainan kekuasaan. Perempuan dinilai tidak mampu memimpin dan membuat kebijakan karena patron membentuk perempuan sangat tendensius mengutamakan perasaan sehingga jauh dari sikap rasionalitas. Persepsi negative tersebut dilekatkan pada perempuan sendiri telah terstruktur sedemikian rupa dibenak kaum perempuan dan kaum laki-laki.
Pembongkaran budaya patriarkhal men-jugment perempuan membuat mitos sangat luar biasa kuat. Pemberdayaan perempuan terbentur dinding sangat kokoh dari interpretasi perempuan tinjauan politik, agama, social. Perempuan sebenarnya mempunyai otonomi mutlak tentang dirinya. Sebagai manusia mempunyai kedudukan setara membawa kepemimpinan di muka bumi. Perempuan memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara dalam mengatur kesejahteraan manusia. Telah terjadi kesenjangan antara gagasan keadilan yang mendudukkan perempuan dengan laki-laki setara, namun realitas terjadi perempuan masih terkungkung oleh tidak adanya ruang kesempatan memadai mengaktualisasikan perannya.
Wacana keterlibatan perempuan dalam dunia politik dengan memberikan kouta 30%, masih menjadi wacana kontroversi. Banyak kalangan perempuan sendiri menolak dengan alasan membatasi langkah perempuan, ditinjau dengan hitungan statistik berdasarkan jumlah masih dinilai tidak adil. Sebagian kalangan perempuan yang lain menyambut wacana tersebut dengan langkah maju untuk memberi gerak bagi perekrutan kaum perempuan dalam langgam politiknya. Karena selama ini perempuan hanya berjumlah 12% saja yang berkiprah dalam ruang sidang di Senayan. Sepintas dicermati, permintaan kouta 30% untuk perempuan di parlemen memang bernuansa pembatasan peran. Namun menilik sejarah dan realitas peran perempuan yang hanya 12% diparlemen menunjukkan kemajuan pola berpikir dan gerakan yang progresif. Teriakan untuk menggagas peran perempuan dalam pembangunan tidaklah semudah membalik telapak tangan. Perlu dilakukan secara bertahap dan terus menerus mengoreksi peran bersama yang telah diusung oleh manusia dalam konteks persamaan derajat dan pemberian ruang bebas bagi aktualisasi manusia. Perempuan sebagai manusia mempunyai tugas kemanusiaan tentu secara wacana mereduksi jumlah pembatasan. Namun permintaan kouta 30% sebenarnya merupakan langkah maju secara berani menaikkan posisi tawar lebih realistis dari manipulasi patriarkhi. Dari realitas itulah, gagasan menambah kouta perempuan dari 12% hasil pemilu 1997 bertambah menjadi 30% pada 2004. Sebuah perbandingan cukup realistis untuk disetujui anggota parlemen menetapkan undang-undang.
Pemberdayaan perempuan perlu diberikan ruang nyata menebarkan potensi berserakan di pinggiran kekuasaan. Alih-alih menggapai jumlah 30% perempuan di parlemen, peraturan saja ditolak sebagian anggota DPR, berdalih pembatasan peran perempuan dari jenis kelamin. Ironis memang, di satu sisi ingin mengakui persamaan peran antara laki-laki dan perempuan, namun dalam praksisnya, ruang itu dikunci rapat bagi perempuan.
Tuntutan para anggota lembaga swadaya masyarakat soal adanya kuota terhadap anggota parlemen bagi kaum perempuan Indonesia. Itu boleh-boleh saja, tetapi harus dibarengi dengan kemampuan perempuan. Kalau sudah mendapat kuota cukup banyak tetapi yang duduk di situ tidak bisa mewakili atau tidak bisa menunjukkan kemampuan mereka, itu justru bisa membuat bumerang bagi masyarakat.
Keterlibatan Megawati berjenis kelamin perempuan sebagai Presiden RI, dan tidak mampu mewarnai percaturan politik Indonesia justru menjadi controversial di masyarakat. Sosok kepemimpinannya seakan belum mewakili keseluruhan perempuan mendapatkan penghidupan yang layak dari sektor publik
Pertautan antara ide dan realitas mesti menjadi pijakan dalam memperjuangkan ide persamaan (egaliter) dalam segala bidang. Akses yang sama dalam bidang politik tentu menjadi cita-cita yang masih di atas langit biru dan tak berpijak pada bumi. Dalam realitas empirik, ketimpangan perempuan dan laki-laki sangat terasa di masyarakat. Dalam struktur keluarga sebagai unit terkecil, keputusan penting masih banyak dimainkan oleh ayah sebagai simbol pemimpin rumah tangga. Budaya mengakar dalam masyarakat tidak dapat serta merta dilawan secara radikal dengan menjungkirbalikkan budaya dominan. Aneh bin ajaib, manusia yang terlahir dari rahim perempuan, namun peran perempuan dikebiri sedemikian dasyat untuk kepentingan patriakhi. Realitas terlalu kuat dan berakar lama mendominasi. Akibatnya upaya melapangkan kesetaraan dan persamaan hak terpental dan semakin menyingkirkan kaum perempuan yang dilemahkan oleh sistem.
Peran politik perempuan dalam dunia politik seakan beraneka ragam. Wilayah cakupan politik yang mampu dimainkan masih sebatas wacana dalam diskusi dan pelatihan. Dalam pergumulan politik, sebenarnya perempuan bisa menembus apa saja dengan kualitas yang dimilikinya. Ia mampu menjadi pemimpin dari tingkat kepala desa sampai presiden dan wilayah publik yang signifikan. Namun harapan itu sangat jauh dari kenyataan dilapangan. Perempuan banyak yang ditolak oleh komunitasnya sendiri ketika ingin berperan lebih. Banyak kalangan perempuan yang tidak siap dan mendukung ketika sesame perempuan maju bersaing dalam sebuah ranah politik. Ketiadaan dukungan dari sebagian perempuan tentu didasari oleh stigma dimasyarakat yang menilai perempuan cukup jadi makmum saja. Sehingga kesempatan tersebut kandas dan dimainkan oleh laki-laki kembali. Pertarungan di wilayah politik memang penuh intrik antara siapa mempengaruhi siapa. Persoalan pengaruh inilah yang harus digalang dari solidaritas kaum perempuan untuk memberi kepercayaan kepada para perempuan yang berkualitas dalam bidangnya. Pembelaan dari sesama kaum perempuan perlu menjadi cetak biru jika ingin manabrak budaya yang mendominasi.
Kesiapan perempuan untuk maju secara berani mengambil inisiatif dalam segala kebijakan menyangkut hidu pnya dan kebaikan masyarakatnya penting diartikulasikan. Penguatan sipil sebagai bangunan kokoh suatu tatanan negara selayaknya menjadi konsen para aktivis perempuan untuk mendampingi kalangan perempuan yang tertinggal. Karena kita tidak mungkin maju sendirian, sementara para perempuan yang lain masih tertinggal pengetahuannya dan terbelenggu oleh mitosnya sendiri yang membelenggu kiprahnya dibidang politik. Perjuangan Kartini masih tetap relevan dengan situasi masa kini. Karena pada intinya, perjuangan Kartini adalah perjuangan pembebasan atas ketertindasan melalui pendidikan dan pengajaran. Perjuangan Kartini, yang sudah berumur satu abad lebih. Tetapi, masih kita saksikan banyak perempuan terpuruk karena terbatasnya perolehan mereka di bidang pendidikan. Terbatasnya modal pendidikan itu membuat terbatasnya lapangan kerja bagi mereka dan ini menimbulkan rentannya wanita terhadap kekerasan dan penindasan,
Kemauan politik perempuan sangat starategis menjangkau pembalikan kekuasaan yang didominasi oleh kaum laki-laki. Jumlah kalangan perempuan yang mencapai 50 % dalam pemilihan umum akan melandasi gerakan kaum perempuan dan menjadi diktum pembebasan selanjutnya. Bias mitos yang merasuk dalam tubuh perempuan yang irrasional belief akan ikut hanyat dengan realitas yang setara dan berkiprah sejajar dalam dunia politik. Cara pandang yang rasional dan mengutamakan nilai keadilan akan mampu mendorong keterlibatan perempuan lebih luas didunia publik. Tidak saja perempuan yang akan menikmati kemajuan ini, namun juga para kaum laki-laki menjadi lebih bijak dalam membagi tugas dalam bermitra kerja dengan perempuan dalam memutuskan kebijakan masyarakat luas.
Pembongkaran wacana keislaman yang klasik perlu terus dikritisi untuk menuai ajaran yang sejatinya berpihak pada pembebasan dari penindasan. Peran Siti Aisyah dalam menunjukkan hadis-hadis yang sangat berpihak kepada perempuan perlu diambil untuk meng-counter dari kalangan pemikir Islam yang sangat strict kepada pembebasan perempuan didunia politik. Pelarangan perempuan untuk keluar rumah, atau menjadi pemimpin suatu negara menjadi wacana yang harus terus dikritisi sesuai dengan kontekstualisasi di Indonesia. Emasipasi Perempuan harus disesuaikan dengan adat istiadat Indonesia, kebudayaan serta kodrat antara pria dan wanita. Wanita dan pria punya tempat dan tugas sendiri dalam kehidupan ini, bukan disalahartikan bahwa kedudukan yang satu di atas yang lain. Keduanya harus saling melengkapi dan saling mengisi kekurangan masing-masing supaya makin sempurna. Dengan kata lain keduanya saling membutuhkan untuk saling melengkapi.
Walaupun demikian, bukan berarti pembebasan yang kebablasan tanpa mengikuti budaya Indonesia. Kebebasan tersebut dimaksud, bukanlah kebebasan pergaulan yang seperti kita lihat saat ini yaitu seperti mabuk-mabukan, menghisap ganja, main judi, menjadi WTS, atau mengedarkan ekstasi, tetapi kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang masih dibatasi oleh norma agama dan adat ketimuran yang santun dan mengutamakan kebaikan bagi komunitas masyarakatnya. Pembebasan tetap diteriakkan berlanggam dengan berlandaskan moral etik yang penuh kebaikan dan nilai-nilai kasih dan sayang sesama manusia. Islam sesungguhnya dihadirkan untuk membawa perdamaian bagi manusia. Maka dalam membagi peran politik antara laki-laki dan perempuan akan menjadi mitra sejajar yang saling mengokohkan bangunan bangsa yang telah rapuh ini.


read more

Agama dan Realitas Sosial Politik

HIDUP manusia ada dalam dan pada dunia. Karenanya, manusia tidak dapat melepaskan kediriannya dari dialog dengan dunia (sosial-kultural)-nya. Rumusan yang agak populer dalam tradisi filsafat modern ini merupakan pandangan mendasar yang selalu digunakan dalam seluruh refleksi dan perenungan mengenai eksistensi manusia. Pandangan mendasar tersebut menegaskan bahwa hidup manusia tidak berlangsung dalam suasana batin (tempat dan ruang) yang tertutup, melainkan dalam dialog dengan lingkungan dunianya….



Menurut Peter L. Berger, suatu masyarakat manusia adalah usaha pembangunan dunia. Artinya, bahwa dunia sosial adalah dunia yang dibangun oleh manusia sendiri. Ia merupakan hasil dari projek manusia membangun dunianya, suatu enterprise of world building.
Perspektif di atas, memberikan pengertian bahwa dunia (lingkungan sosial-kultural, termasuk politik) merupakan hasil konstruksi pemikiran dan aktivitas masyarakat manusia, melalui apa yang disebut Berger sebagai proses dialektika masyarakat, yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Menurut Berger, semua dunia yang dibangun (dikonstruksi) oleh masyarakat manusia (sosial), secara inhern adalah rawan, karena terancam oleh fakta kepentingan diri dan kebodohan manusiawi.
Thomas F. Odea ketika menjelaskan munculnya sebuah agama, menyebutkan bahwa sumber kerawanan atau dalam istilahnya breaking points (titik kritis) adalah karena manusia memiliki tiga karakteristik dasar eksistensi, yaitu ketidakberdayaan, ketidakpastian dan kelangkaaan. Jika karakter dasar manusia tersebut terakumulasi dan memuncak, maka masyarakat manusia cenderung akan mengalami apa yang disebut oleh Max Weber sebagai persoalan makna, yakni kebingungan, penderitaan, serta ketegangan etis dan sosial yang mengarah kepada penciptaan dunia masyarakat yang chaos.
Oleh karena itu, manusia meniscayakan suatu keterarahan transendental kepada Tuhan. Menjadi keniscayaan, karena tanpa keterarahan transendental kepada Tuhan, manusia akan mengalami pragmentasi eksistensi atau keterpecahan kediriannya. Dalam bahasa filsafat perenial, manusia akan terlempar ke pinggiran lingkaran (rim peripheri). Dalam konteks inilah, agama menjadi signifikan sebagai kekuatan batin atau spirit (inner dynamic) dalam mentransformasikan pembangunan (dunia) sosial-kultural yang rawan ke arah yang lebih etis dan humanis (manusiawi). Agama diyakini akan dapat meminimalkan kebingungan, penderitaan, konflik serta ketegangan-ketegangan etis dan sosial yang mengarah kepada chaos.
Anselm Von Peugrbach menyatakan bahwa agama dalam bentuk apa pun ia muncul, tetap merupakan kebutuhan ideal umat manusia. Peranan agama sangat menentukan dalam setiap bidang kehidupan sebab manusia tanpa agama tidak akan dapat hidup secara sempurna. Menurut Berger, legitimasi religius atau agama akan sangat efektif (dalam proses transformasi sosial-kultural), karena agama menghubungkan konstruksi-konstruksi
realitas rawan dari masyarakat empiris dengan realitas purna (transenden).
Senada dengan Berger, Clifford Geertz menyatakan bahwa simbol-simbol religius akan merumuskan kesesuaian antara sebuah gaya kehidupan tertentu dengan metafisika khusus. Dengan demikian, agama memiliki kekuatan legimitasi dalam mengarahkan proses transformasi sosial-kultural dari realitas dunia sosial-kultural yang rawan dan semula terancam kepentingan diri dan kebodohan manusiawi, menjadi teratur dan penuh makna.
Teladan-teladan utama
Dalam agama terdapat teladan-teladan utama (norma-norma moral) yang bersifat universal dan berlaku juga dalam penyelenggaraan kekuasaan atau pembangunan sosial-politik. Teladan-teladan utama tersebut tersimpul dalam tiga kaidah asasi agama, yaitu kaidah ketuhanan, kaidah kemanusiaan dan kaidah peradaban.
Pertama, kaidah ketuhanan, dimaksudkan bahwa penyelenggaraan kekuasaan harus diorientasikan sebagai wujud pengabdian kepada Tuhan, bukan sebaliknya sebagai bentuk pembangkangan kepada Tuhan dengan menjadikan kekuasaan itu sebagai berhala yang menjatuhkan nilai-nilai rohani atau spiritualitas. Kekuasaan bukanlah sebagai tujuan segalanya, melainkan hanya salah satu perwujudan pengabdian (taqarrub) kepada Allah.
Dalam bahasa lain, kekuasaan hanyalah suatu usaha untuk dapat menaikkan nilai rohani atau spiritualitas diri sehingga dapat mengelola alam/masyarakat sesuai kehendak Tuhan (mendatangkan rida Allah dan kemaslahatan bagi kemanusiaan). Kaidah ketuhanan ini sangat penting, karena pelanggaran terhadap kaidah ini akan berdampak luas pada dimensi kemanusiaan dan peradaban.
Kedua, kaidah kemanusiaan, dimaksudkan bahwa penyelenggaraan kekuasaan harus diorientasikan (memiliki komitmen) untuk melakukan pembelaan terhadap kaum lemah (miskin, terbelakang dan tertindas), serta untuk penegakan keadilan dan kesejahteraan sosial. Jadi, kekuasaan bukan untuk memperkaya diri dan golongan, atau mengakumulasi kekayaan melalui projek-projek tertentu berdasar etika keserakahan, tetapi untuk membela kaum lemah serta mengembalikan hak-hak sosial dan politik mereka secara berkeadilan.
Ketiga, kaidah peradaban, dimaksudkan bahwa penyelenggaraan kekuasaan harus diorientasikan (memiliki komitmen) untuk menciptakan masyarakat yang beradab dan berperadaban. Bukan sebaliknya, penyelenggaraan kekuasaan justru menciptakan masyarakat barbar (tidak beradab), di mana uang menjadi orientasi kekuasaan, kekerasan menjadi satu-satunya hakim atas semua nilai, manusia lawan manusia, serta kecurangan dan tipu daya menjadi seni kehidupan.
Dalam kaidah peradaban ini, teladan-teladan utama dalam agama yang sangat penting adalah orientasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan seperti tidak boleh melakukan perbuatan keji dan munkar (seperti kolusi, korupsi dan nepotisme) secara terbuka maupun tersembunyi; tidak boleh membunuh jiwa tanpa alasan yang benar; tidak dibenarkan memakan harta anak yatim secara batil tidak dibenarkan mengurangi takaran, serta tidak
dibenarkan memberikan persaksian dusta dan pengingkaran janji.
Teladan-teladan utama di atas, merupakan tali pengikat masyarakat, karena merupakan norma-norma kemanusiaan umum, di mana masyarakat apa pun tidak dapat hidup secara baik (rawan), jika mengabaikan atau melanggar norma-norma kemanusiaan dan teladan-teladan utama tersebut.
Realitas "politics of power"
Ada kecenderungan bahwa realitas politik dalam penyelenggaraan kekuasaan yang selama ini berjalan lebih berorientasi pada kekuasaan atau politik untuk kekuasaan (politics of power) daripada memerankan politik nilai (politics of values) dalam membangun masyarakat yang bermartabat dan berbudi luhur dengan melaksanakan teladan-teladan utama di atas.
Kekuasaan terkadang menjadi berhala dan sekutu bagi Tuhan, sebagai orientasi, kiblat, komitmen, dan satu-satunya tujuan, bahkan ruku dan sujud pun kerapkali diarahkan untuk memperoleh kekuasaan. Dalam realitas politik seperti ini, segala cara biasanya dilakukan tak peduli melanggar norma-norma ketuhanan, kemanusiaan dan peradaban atau tidak.
Realitas politics of power juga, cenderung korup dan tidak adil dalam distribusi dan penggunaan kekayaan (uang negara), padahal di sana terdapat kekayaan yang menjadi hak anak yatim dan fakir miskin. Mereka melakukan kemunkaran politik secara kolektif dengan memakan harta hak anak yatim dan fakir miskin melalui pengurangan takaran raskin (beras untuk masyarakat miskin) misalnya, serta bentuk-bentuk penyimpangan kebijakan yang menjadikan para petani, buruh, nelayan, tukang beca, anak jalanan, para pengungsi, pedagang kaki lima, serta pemilik rumah-rumah-kumuh semakin termiskinkan dan terpinggirkan. Politik oposisi inilah yang selalu melahirkan ketegangan sosial inter dan antarumat beragama.
Orientasi politics of power ini pula, yang tampaknya menjadi titik tolak pandang seluruh kontestan politik dalam pemilihan umum langsung tahun 2004, sehingga pemilu cenderung bukan mendatangkan rahmat, persaudaraan, kesejahteraan dan kedamaian, melainkan justru, melahirkan perpecahan dan konflik.
Dalam realitas politik yang mengingkari teladan-teladan utama yang menjadi norma-norma kemanusiaan universal seperti itu, sudah dipastikan bahwa masyarakatnya tidak akan memperoleh keamanan, stabilitas, rasa keadilan, kepastian hukum, kedamaian, dan kesejahteraan. Oleh karena itu, teladan-teladan utama (nilai-nilai etik) yang menjadi dasar moralitas politik atau penyelenggaraan kekuasaan di atas, seharusnya mendapat penjagaan dan pengawasan dari masyarakat itu sendiri.
Penjagaan dan pengawasan ini merupakan wujud implementasi praktis dari agama itu sendiri, yakni apa yang disebut dalam agama sebagai usaha amar bi al-ma'ruf wa al-nahy an al-munkar (menyuruh kepada kebaikan atau teladan-teladan utama dan mencegah dari kemunkaran atau pengingkaran terhadap teladan-teladan utama tersebut)


read more