MOTIFASI BELAJAR
A. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Sebelum mnengacu pada pengertian motivasi, terlebih dahulu kita menelaah pengidentifikasian kata motif dan kata motivasi. Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
Sardiman mengemukakan bahwa motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri subyek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata motif itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu terutama bila kebutuhan untuk mencapai kebutuhan sangat dirasakan atau mendesak.
Dalam motivasi tercakup konsep-konsep, seperti: (1)kebutuhan untuk berprestasi, (2)kebutuhan berafiliasi, (3)kebiasaan, dan (4)keingintahuan seseorang terhadap sesuatu. Ada beberapa faktor penyebab munculnya sikap atau perilaku manusia, antara lain, bahwa sikap atau perilaku itu disebabkan adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang mengarah pada tujuan. Dari sini dapat diketahui bahwasannya Motivasi merupakan suatu tenaga dari dalam yang menyebabkan kita mau berbuat atau mau bertindak yang mana tindakan tersebut diarahkan pada tujuan tertentu yang hendak dicapai.
2. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktek atau penguatan yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, yang berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Adapun faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
3. Fungsi Motivasi Belajar
Fungsi motivasi menurut Paranto dapat dikelompokkan menjadi tiga hal yang terangkai sebagai berikut:
a. Mendorong manusia berbuat atau bertindak. Motivasi ini berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (tenaga, kekuatan) kepada anak didik dalam melakukan tugas atau kewajibannya, sudah tentu tanpa motivasi yang kuat, energi yang kuat tersebut tidak akan berfungsi.
b. Menentukan arah perbuatan. Arah perbuatan itu tentunya merupakan arah tujuan atau cita-cita dari suatu aktivitas yang ditentukan.
c. Menyeleksi perbuatan. Anak didik yang ingin memasuki jenjang pendidikan tertentu yang diidamkan pasti akan belajar dengan giat supaya bisa lulus ujian. Tujuan yang ingin dicapai itu akan memacu mereka untuk belajar dengan giat.
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat berperan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikhis yang besifat non intelektual. Peranan yang khas adalah sebagai penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Hasil belajar optimal dapat ditunjang oleh adanya motivasi. semakin tepat motivasi yang diberikan, akan semakin berhasil pula pembelajaran tersebut. Jadi, motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Peranan motivasi sangat penting dalam proses kegiatan belajar sebab dalam motivasi terdapat proses berikut:
a. Menggunakan motif yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu kegiatan dalam situasi belajar.
b. Reinforcement atau menggiatkan anak dalam belajar. Usaha-usaha yang dipergunakan dalam rangka reinforcement yaitu mengemukakan pertanyaan, memberi ganjaran, memberi hadiah dan memberi hukuman.
Motivasi di pandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terdapat adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran dan insentif. Keadaan jiwa inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu untuk belajar.
4. Jenis-Jenis Motivasi
1) Jenis motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, terdapat: (a) Motif bawan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa di pelajari. Contoh: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual. Motif-motif ini sering kali disebut motif yang disyaratkan secara biologis, (b) Motif-motif yang dipelajari. Maksudnya adalah motif yang timbul karena dipelajari. Contoh: dorongan untuk belajar, mengajar sesuatu dalam masyarakat. Motif ini sering disebut motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia lain, sehingga motivasi itu terbentuk.
2) Jenis motivasi dilihat dari sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan dua macam yaitu: (a)Motif intrinsik, timbulnya tidak memerlukan rangsangan dari luar karena telah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya, (b) Motif ekstrinsik, yaitu yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu. Misalnya dalam dunia pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan pendidikan timbul karena melihat manfaatnya.
3) Jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worth dan Marquis yaitu: (a)Motif atau kebutuhan organis, meliputi: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. (b) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam motif ini antara lain: dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. (c) Motif-motif obyektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.
Dari kutipan diatas dapat diketahui pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan baik diakibatkan factor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi dan memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar.
5. Macam-Macam Motivasi Belajar.
Beberapa pakar membedakan motivasi belajar menjadi dua macam yaitu.
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu . Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar dan keinginan ini dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif bahwa semua siswaan akan berguna dimasa mendatang. Dan motivasi ini muncul karena ia membutuhkan sesuat dari yang disiswanya
Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktivitas belajar, motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seorang yang memiliki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatar belakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata siswaan yang disiswai sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan mendatang.
b. Motifasi Ekstrinsik
Dalam pandangan Sardiman motivasi ekstrinsik adalah motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan dipuji pacarnya atau temannya. Jadi, yang terpenting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah.
Gambaran di atas kita mengetahui bahwa dalam motivasi ekstrinsik itu individu membutuhkan dorongan dan rangsangan dari luar, khususnya dari apa yang ada disekitarnya. Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agar siswa mau belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi dalam belajar. Guru harus bisa membangkitkan motivasi siswa dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam bebagai macam bentuknya. Kesalahan penggunaan bentuk–bentuk motivasi ekstrinsik akan merugikan siswa. Akibatnya motivasi ekstrinsik bukan berfungsi sebagai pedorong, tetapi menjadikan siswa malas belajar.
6. Usaha-Usaha Untuk Memotivasi Belajar Siswa.
Motivasi sangat penting dalam belajar. Oleh karena itu, perlu di usahakan agar motivasi itu semakin kuat. Usaha tersebut meliputi;
a. Pernyataan penghargaan secara verbal. Pernyataan verbal terhadap perilaku yang baik atau hasil kerja atau hasil belajar siswa yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar siswa kepada hasil belajar yang baik. Seperti pernyataan bagus sekali, hebat, menakjubkan, pernyataan tersebut mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru dan penyampaian konkret, sehingga merupakan suatu pengakuan sosial.
b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan. Pengetahuan atas hasil pekerjaan merupakan cara untuk meningkatkan motif belajar siswa.
c. Menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu merupakan daya untuk menigkatkan motif belajar siswa. Hal tersebut menimbulkan semacam konflik koseptual yang membuat siswa merasa penasaran, dengan sendirinya menyebabkan siswa tersebut berupaya untuk memecahkannya. Dalam upaya yang keras itulah motif belajar siswa bertambah besar.
d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. Dalam upaya itu pun, guru sebenarnya bermaksud untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa.
e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa. Hal ini memberikan semacam hadiah bagi siswa pada tahap pertama belajar yang memungkinkan siswa bersemangat untuk belajar selanjutnya.
f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar siswa.
g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu konsep dan prinsip yang telah dipahami. Sesuatu yang unik, tak terduga dan aneh lebih dikenang siswa dari pada sesuatu yang biasa-biasa saja.
h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan jalan itu, siswa selain belajar dengan hal-hal yang sudah dikenalnya, dia juga menguatkan pemahaman atau pengetahuannya tentang hal-hal yang telah dipelajari.
i. Menggunakan simulasi dan permainan. Kedua hal tersebut merupakan proses yang menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat dan dipahami.
j. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahirannnya didepan umum. Hal itu akan menimbulkan rasa bangga dan dihargai oleh umum. Pada akhirnya suasana teresebut akan meningkatkan motif belajar siswa.
k. Mengurangi akibat yang tidak menyenangkan dan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar.
l. Memahami iklim sosial dalam sekolah. Pemahaman iklim dan suasana sekolah merupakan pendorong kemudahan berbuat bagi siswa. Dengan pemahaman itu, siswa mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi masalah atau kesulitan.
m. Memanfaatkan kewibawaan guru secara tepat. Guru seyogyanya memahami secara tepat bilamana dia harus menggunakan berbagai manifestasi kewibawaannya pada siswa untuk meningkatkan motif belajarnya.
n. Memperpadukan motif-motif yang kuat. Seorang siswa giat belajar mungkin karena latar belakang motif berprestasi sebagai motif yang kuat.
o. Memperluas tujuan belajar yang hendak dicapai. Di atas telah dikemukakan, bahwa seseorang akan berbuat lebih baik dan berhasil apabila dia memahami yang harus dikerjakannya dan yang dicapai dengan perbuatannya.
p. Merumuskan tujuan-tujuan sementara. Tujuan belajar merupakan rumusan yang sangat luas dan jauh untuk dicapai.
q. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai. Dalam belajar dalam hal ini dapat dilakukan dengan selalu memberitahukan nilai ujian atau nilai pekerjaan rumah.
r. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara para siswa. Suasana ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengukur kemampuan dirinya melalui kemampuan orang lain.
s. Mengembangkan persingan dengan diri sendiri. Persaingan semacam ini dilakukan dengan memberikan tugas dalam berbagai kegiatan yang harus dilakukan sendiri.
t. Memberikan contoh yang positif. Banyak guru yang mempunyai kebiasaan untuk membebankan pekerjaan siswa tanpa control. Biasanya dia memberikan suatu tugas kepada kelas, dan guru meninggalkan kelas untuk melaksanakan pekerjaan lain.
Dari usaha usaha diatas, diharapkan guru dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh ini siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antar pribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/ intelektual dan kemampuan social. Disimping itu, keterlibatan orang tuan dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak didalam rumah maupun pertisipasi secara individu maupun kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar.
Suryabrata mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagai berikut:
a. Faktor dari luar individu, yaitu 1) Faktor sosial, adalah faktor manusia. Pada umumnya faktor ini bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi belajar, sehingga tidak dapat konsentrasi terhadap materi yang dipelajari. Oleh karena itu faktor tersebut harus diatur supaya proses belajar dapat berjalan dengan baik, 2) Faktor non sosial, faktor-faktor yang meliputi keadaan. Misalnya: udara, suhu udara, cuaca, waktu, alat-alat belajar dan lain-lain.
b. Faktor yang berasal dari dalam diri individu, yaitu:
1) Faktor fisiologis antara lain: (a) Keadaan jasmani pada umumnya dapat melatar belakangi aktivitas belajar. (b) Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi indera.
2) Faktor psikologis antara lain: meliputi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa, sifat ingin tahu, sifat kreatif, keinginan untuk memperbaiki kegagalan.
B. Tinjauan Tentang Manajemen Sekolah
1. Pengertian Manajemen.
Secara terminologi manajemen mepunya beberap pengertian yang berdasarkan latar belakang dan sudut pandang yang berbeda dari para ahli. Berikut ini adalah beberapa pendapat menurut para ahli.
Dalam bukunya Landasan Manajemen Pendidkan Nanang Fattah mengungkapakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Malayu adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya alam dan sumber-sember yang lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Adapun menurut Made Pidarta menjelaskan manajemen adalah aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.
Sedangkan pengertian manajemen menurut GR Terry yang di kutip oleh Hasibuan dalam bukunya yang berjudul manajemen; Dasar, pengertian, dan masalah adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan, pengarahan dan pengadilan yang di lakukan untuk menentukan serta untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber lainnya.
dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan:
a. Perpaduan antara ilmu pengetahuan dan ilmu seni.
b. Proses sistematis yang terkordinasi dan koperatif dalam usaha pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber yang lain.
c. Manajemen mempunyai tujuan yang diinginkan.
d. Alat untuk mencapai tujuan.
e. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi (Planning, Organizing, Stafing, Directing, dan Controlling).
Dalam dunia pendidikan menajemen di artikan sebagi perpaduan antara ilmu dan seni dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengontrolan terhadap sumber daya sarana dan prasarana pendidikan yang mencakup personalia, materi, alat-alat, media, serta sarana prasarana pendidikan untuk mencapai tujuan poendidikan. Dengan manajemen pendidikan diharapkan tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Sebagaimana yang dikutip oleh Mulyasa dalam bukunya, dari pendapat Gaffer bahwa:
“Manajemen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yng sistematik, sistemik dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Manajemen juga di artikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan sengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, baik tujuan jangka pendek, menegah maupun tujuan jangka panjang.
2. Unsur-Unsur Manajemen Pendidikan
Manajemen merupakan suatu system yang terdiri dari beberapa unsur yang saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya yang bergerak secara bersama-sama guna mengarahkan segala sesuatu kearah tujuan pokok.
Manurut Hasibuan unsur-unsur manajemen dapat dirumuskan dengan 6M yaitu:
a. Men, yaitu tenaga manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupu tenaga kerja operasional/pelaksana
b. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
c. Method, yaitu cara-cara yang digunakan dalam usaha untuk mencapai tujuan
d. Material, yaitu bahan-bahan yang dicapai untuk mencapai tujuan.
e. Machines, yaitu mesin-mesin atau alat yang diperlukan untuk mecapi tujuan.
f. Market, yaitu pasar untuk menjual jasa-jasa yang di hasilkan.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwasanya manajemen mempunya beberapa unsur yang dalam aplikasinya memiliki kesamaan tujuan dengan manajemen yang ada dalam suatu lembaga pendidikan, yaitu
a. Men, yaitu personalia pendidikan baik sebagai subyek maupun obyek yang meliputi kepala sekolah, suru, siswa untuk lingkungan formal di sekolah.
b. Money, yaitu dana yang di butuhkan dalam proses manajemen pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang lebih efektif. Dana pendidikan salah satunya diperoleh dari uang SPP dan BP3 dari siswa.
c. Method, yaitu cara yang di terapkan dalam pelekasanaan manajemen pendidikan untuk pencapaian tujuan, misalnya pengaturan kurikulum yang dioergunakan didalamnya.
d. Material, yaitu bahan yang digunakan untuk melaksanakan manajemen pendidikan misalnya dengan cara melaksanakan pembagian tugas kepada personalia pendidikan agar proporsional
e. Machines, yaitu sarana dan prasaran yang dibuthkan guna menunjang keberhasilan pendidikan seperti laboratorium.
f. Market, yaitu dalam proses pendidikan akan menghasilkan produk pendidikan, untuk mendapatkan lapangan pekerjaan sebagai pasar dalam dunia pendidikan.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen sekolah
Manajemen merupakan proses penggunaan dan pendaya gunaan sumber daya yang ada dan dapat diadakan secara efektif dan efisien untuk mencapai sasaran tertentu yang telah ditetapkan. Manajemen juga menunjuk pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya lembaga atau organisasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan manajemen sekolah setidaknya mempunyai dua faktor yang harus diperhatikan oleh sekolah yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Internal:
a. Faktor Penunjang
1) Meningkatkan Professional Guru
Guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam bejlajar di sekolah, faktor guru dan cara mengajarnya merupak faktor yang penting, karena sebagaimana faktor sikap dan kepribadian guru, tinggih rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaiman cara guru mengajarkan pengetahuan kepada anak didiknya, turut menentukan bagaimana hasil belajar yang baik yang dapat dicapai anak. Dan itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Najm ayat 39:
br&ur }9 `|SM~9 w) $tB 4ty
Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya,
Keprofesionalan seseorang sangatlah menentukan keberhasilan belajar siswa, oleh karena itu dengan adanya guru-guru yang professional akan sangat menunjang pelaksanaan manajemen pendidikan di dalam sekolah.
2) Kesetabilan Kurikulum
Kurikulum merupakan program pendidikan yang belum terjabar secara rinci, dan menjadi tugas guru untuk menjbarkannya sebelum kurikulum tersebut di terapkan dikelas. Agar penjabarannya benar, perlu adanya suatu control terhadap kurikulum tersebut, yang dalam hal ini dilakukan olah kepala sekolah.
3) Meningkatkan komunikasi antar unsur
Komunikasi merupakan faktor yang penting dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan juga dapat menaikkan keberhasilan dalam kerjasama dengan pihak lain. Seperti apa yang telah di firmankan oleh Allah SWT di dalam Al-Qur’an surat Al-hujurot ayat 11:
$pkr't t%!$# (#qZtB#u w yo Pqs% `B BQqs% #|t br& (#qRq3t #Zyz Nk]B wur !$|S `B >!$|S #|t br& `3t #Zyz `k]B ( wur (#rJ=s? /3|Rr& wur (#rt/$uZs? =s)9F{$$/ ( }/ Lew$# -q9$# yt/ `yJM}$# 4 `tBur N9 =Gt y7s9'r's Nd tbqH>9$#
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (surat Al-hujurot ayat 11).
Dari penjelasan tersebut sangatlah jelas bahwa kita disuruh untuk menjalin anatar individu maupun kelompok lain yang bertujuan untuk mengeratkan tali silaturrahmi dan tolog menolong dalam segala hal jika itu yang diperlukan.
Komunikasi yang efektif disekolah adalah komunikasi yang multi arah antar kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat. Dengan komunikasi yang efektif itu dapat manunjang tercapainya tujuan penendidikan
4) Menggunakan waktu yang efisien
Efisiensi waktu merupakan faktor penunjang pelakasanaan manajemen pendidikan. Dalam mencapai tujuan pendidikan di perlukan waktu yang lama dan waktu itu yang harus di pergunakan dengan efelkktif dan efisien. Misalnya gur8u dalam proses belajar mengajar harus pandai-pandai mempergunakan waktu yang ada dan sebaik mungkin, agar tuujuan pembelajaran yang telah di terapkan dapat tercapai dengan baik.
5) Learning focus manajemen
Manajemen sekolah merupaka salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan dan juga menentukan efekti tidaknya kurikulum, sebagai peralatan belajar, waktu belajar, dan proses pembelajaran. Upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pendidikan harus di mulai dengan pembenahan manajemen sekolah, selain peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber belajar.
Dari hal di atas, maka pelekasanaan manjemen pendidikan perlu di fokuskan pada hal-hal yang berkaitan denga proses belajar mengajar, agar tujuan pendidikan yang dicita-citakan tercapai.
b. Faktor penghambat
1) Kurangnya tenaga yang professional
Dalam rangka menciptakan manajemen pendidikan yang bagus maka diperlukan tenaga yang professional yang dapat diandalkan dalam mengelolah sebuah lembaga pendidikan. Karena lemah dan rusaknya pendidikan disebabkan oleh tenaga yang kurang handal dan profesional.
2) Kurangnya waktu.
Dalam mengembangkan dan menciptakan sekolah menjadi unggul maka diperlukan pemikiran yang matang tentang langkah-langkah terbaik yang penting untuk dilakukan, untuk itu perlu waktu yang lama. Begitu pula dalam melaksanakan manajemen yang bertujuan untuk mencapi tuhuan yang telah ditetapkan membutuhkan waktu yang lama.
3) Kurangnya biaya yang mencukupi
Dana merupakan salah satu sumber yang secara langsung menunjang efektifitas dan efisien pengelolaan pendidikan. Oleh karena itu dengan kurangnya dana maka sudah pasti akan menghambat pelaksanaan manajemen.
Fungsi dana dalam pelaksanaan manajemen pendidikan pada dasarnya adalah penunjang penyediaan sarana prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, media belajar, pelaksanaan administrasi yang lain-lain.
2. Eksternal:
Selain dari beberapa faktor yang menjadi penghambat kemajuan sekolah tersebut berasal dari dalam sekolah sendiri, maka faktor sosial masyarakat sendiri yang akan menghambat pelaksanaannya manajemen sekolah seperti:
a. Aktifitan orang tua dan murid
Keefektifan keduanya membawa perubahan pada peranan administrator karena sebagai konsultan dan pembuat keputusan, ia harus menanyakannya dan mendiskusikan dengan keduanya.
b. Pengaruh pemerintah pusat
Pengaruh hukuaman yang dibuat keduanya, seperti: diskriminasi ras dan jenis kelamin, kewajiban membayar dan hak membayar, ataupun seragam siswa.hal itu mengakibatkan peran administrator berkurang karena ia mengikuti hukum/ aturan yang dibuat keduanya.
c. Harapan masyarakat
Hal ini lebih memberatkan peran administrator, karena ia dianggap sebagai seseorang yang bertanggung jawab dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang beredar di masyarakat, seperti pengangguran, kemiskinan, penggunaan obat-obat terlarang, kriminaliatas dan lain-lain.
d. Bertambahnya ukuran
Maksud dari bertambahnya ukuran dalam bertambahnya wilayah atau ruang lingkup sekolah, seperti bertambahnya fakultas, program pendidikan, dan macam-macam guru ahli. Ini menimbulkan peran administrator lebih komplek atau rumit, karena ia harus manambah staf administrasi dan memperkenalkan metode-metode oraganisasi sekolah yang berbeda-beda.
D. Manajemen berbasis kemandirian.
1. Pengertian manajemen berbasis kemandirian
Kata Berbasis berarti "berdasarkan pada" atau "berfokuskan pada". Kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Adapun yang dimaksudkan mandiri disini adalah sekolah. Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan "bekal kemampuan dasar" kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk barang/jasa, dan prosedur-prosedur kerja).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa "manajemen berbasis kemandirian" adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
Kemandirian dapat diartikan sebagai otonomi yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung. Istilah otonomi juga sama dengan istilah "swa", misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, swalayan, dan swa-swa lainnya. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Penencapaian kemandirian sekolah, diperlukan suatu proses yang disebut "desentralisasi". Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan bahkan dari sekolah ke guru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diatur secara "sentralistik" menghasilkan fenomena-fenomena seperti berikut: lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku, normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-lapis birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan sebaliknya, uniformitas telah memasung kreativitas, dan tradisi serta serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan. Karena itu, desentralisasi bukan lagi merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan keharusan. Karena, dengan desentralisasi maka: (1) fleksibilitas pengambilan keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan subur, sehingga keputusan dapat dibuat "sedekat" mungkin dengan kebutuhan sekolah; (2) akuntabilitas/pertanggunggugatan terhadap masyarakat (majelis sekolah, orangtua peserta didik, publik) dan pemerintah meningkat; dan (3) kinerja sekolah akan meningkat (efektivitasnya, kualitasnya, efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moralnya).
Dalam rangka mencapai tujuan sekolah mandiri, maka perlu adanya rangkaian yang saling terkait dan berkesinambungan, perlu adanya faktor-faktor penunjang yaitu: pengorganisasian, sarana dan prasarana, dana, kurikulum, ketenaga kerjaan, kesiswaan dan hubungan sekolah dengan masyarakat. Untuk itu semua diperlukan keprofesionalan dalam mengelola lembaga pendidikan
2. Pelaksanaan Manajemen sekolah Berbasis Kemandirian
a. Manajemen Kurikulum dan Pengajaran
&t%$# O$$/ y7/u %!$# t,n=y{
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Abudin Nata mengartikan kata Iqro’ dalam surat Al-Alaq ayat 1 bukan hanya mengandung arti bacalah saja melainkan keliputi menela’ah mengobserfasi, mengkategorisasi, membandingkan, menganalisa, menympulkan, dan memferifikasi. Dan beliau mengatakan bahwa ayat kelima dari surat al-alaq
zO=t z`|SM}$# $tB Os9 Ls>t
mempunyai tafsiran kurikulum dalam pengajaran (sesuatu yang tidak diketahuinya)
Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum baik kurikulum nasional maupun muatan lokal yang diwujudkan dengan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, institutional, kurikuler dan instructional. Agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif dan efisien, serta mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan manajemen program pengajaran. Menurut Mulyasa manajemen program pengajaran adalah keseluruhan program pengajaran proses penyelenggaraan kegiatan dibidang pengajaran yang bertujuan agar seluruh kegiatan pengajaran terlakasana secara efektif dan efisien. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan,pelaksanaan, dan penilaian kurikulum.
Manajemen kurikulum maupun pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perenacanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh departemen pendidikan nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Disamping itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat.
b. Manajemen Keuangan (BP3)
Perlu disadari bahwa dana yang diperoleh sekolah ataupun madrasah pada umumnya sangatlah sulit untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu dalam pelaksanaan manajemen berbasis kemandirian, kepala sekolah di butuhkan sebuah pemimpin yang berjiwa enteurpreneur, yaitu kepala sekolah yang tidak hanya mengandalakan pemasukan dana dari orang tua melainkan dari beberapa sumber dari masyarakat
Dalam pelaksanaan pendidikan, keuanggan merupakan potensi yang sangat menentukan bagi terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, baik dana untuk pembelian sarana dan prasarana, pembayaran gaji pegawai dan lain-lain. Agar dana-dana yang ada dapat terserap dan dimanfaatkan secara maksimal maka perlu adanya orang seorang yang mengatur keuangan tersebut secara baik.
Sumber keuangan di sekolah secara garis besar dapat diklarifikasikan menadi tiga sumber yaitu, dari pemerintah pusat maupun daerah, dari wali murid, dan dari masyarakat. dana tersebut dikeluarkan untuk biayai rutin dan biaya pembangunan.
Tugas manajemen keuangan dapat di bedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1) Perencanaan financial (financial planning), menurut Jones disebut juga dengan budgetting, yaitu kegiatan mengkordinir semua sumber dana yang tersedia untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis tampa menyebabkan efek samping yang merugikan.
2) Pelaksanaan anggaran (implementation involves accounting), adalah kegiatan yang berdasarkan rencana yang telah dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian bila diperlukan.
3) Evaluation involves, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian sasaran.
c. Manajemen Personalia
yang di maksud ”personal” disini adalah orang-orang yang melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah menarik, mengembangkan, mengkaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan, membantu anggota mencapai posisi san standart prilaku, memaksimalkan perkembangan karir tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi.
Dalam lingkungan lembaga pendidikan, tenaga kerja atau pegawai dapat dibedakan menjadi dua kelompok sebagai berikut:
1) Tenaga teknis atau profesional atau tenaga edukatif/ guru/ dosen/ pengajar/, yakni personal pelkasana proses belajar mengajar dalam kegiatan kependidikan lainnya,
2) Tenaga administratif atau non edukatif/ non guru/ non dosen, yakni personal yang tidak secara langsung bertugas mewujudkan proses belajar mengajar, antara lain meliputi pegawai tata usaha, pegawai laboratoriumm, keuanggan, sopir, pesuruh, pegawai kepustakaan.
Adapun menurut Mulyasa, kegiatan dalam manajemen tenaga kependidikan meliputi:
1) Perencanaan Pegawai
Perencanaan pegawai merupakan kegiatan untuk menentukan kebutuhab pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk masa sekarang san yang akan datang. Untuk menyususn rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan informasi yang jelas dan lengkap tentang sekolah maupun tugas yang akan dilaksanakan dalam organisasi. Oleh karena itu sebelum melakukan rencana perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: (a) Analisa pekerjaan, (b) Analisa jabatan untuk memperolah diskripsi pekerjaan, (c) Spesifikasi pekerjaan, dan (d) Menentukan jumlah pegawai.
2) Pengadaan pegawai
Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhannya dalam bidang pendidikan, maka tugas kepala sekolah adalah menngadakan penyususnan personalia dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Analisa tugas kepala, (b) Analisa kondisi staf, (c) Analisa kebutuhan, (d) Meletakkan dasar-dasar bagi timbulnya suasana (iklim) pekerjaan yang menarik bagi calon staf, (e) Rekrut calon tenaga dari berbagai sumber, (f) Setelah diseleksi dan diterima, dilakukan alokasi staf, dan (g) Pembinaan staf (termasuk perhatian terhadap masa depan staf).
3) Pembinaan dan Pengembangan
Pembinaan dan pengembangan merupakan fungsi personel yang sangat penting dan perlu untuk di perbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai
Dalam rangka meningnkatkan efisiensi kerja, masalah pembinaan pegawai memiliki peran yang sangat penting, priogram pembinaan pegawai yang perlu di laksanakan antara lain: peningkatan kemampuan kinerjanya, peningkatan dedikasi kerjanya, moral dan disiplin kerja serta pengruh dan pembentukan motif kerja yang obyektif. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemahiran kerja dapat di lakukan melalui penambahan pengetahuan dan latihan-latihan para tenaga kependidikan melalui penataran, tugas, latihan kerja (job training) di lingkungkungan sendiri atau di lingkungan lain. Adapun tujuan dari diadakannya pelatihan-pelatihan tersebut adalah: (a) Untuk meningkatkan kuantitas out put, (b) Untuk meningkatkan kualitas out put, (c) Merealisasi perencanaan personalia, (d) Meningkatkan moral kerja, (e) Meningkatkan penghasilan/ kesejahteraan, (f) Meningkatkan kesehatan dan keamanan, (g) Mencegah ketuaan, dan (h) Mengembangkan personalia
4) Promosi dan Mutasi
Adapun untuk mutasi dan promosi ini biasanya di gunakan untuk pegawai negeri sipil. Sebelum diangkat menjadi pegawai negeri sipil sepenuhnya terlebih dahulu pegawai tersebut harus melalui masa percobaan satu atau dua bulan, kemudian mengikuti pelatihan prajabatan dan setelah lulus diangkat pegawai negeri sipil penuh. Selanjutnya pegawai tersebut sudah siap untuk di tempatkan dan ditugaskan.
Dalam hal mutasi, pegawai negeri sipil di mungkinkan untuk pindah (mutasi) dari suatu tempat ke tempat lain karena alasan tertentu. Kepindahan ini dilakukan karena untuk menjamin pelaksanaan tugas negara atau menjaminan kesejahteraan pegawai negeri sipil yang bersangkutan.
5) Pemberhentian
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai tempat bekerja sebagai pegawai.
Dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan di sekolah khususnya pegawai negeri sipil, pemberhentian pegawai negeri sipil di atur dalam peraturan pemerintah (PP) no 32 tahun 1979 yang berisi bahwa berahirnya status seorang dari status pegawai negeri sipil karena alasan-alasan sebagai berikut: (a) Permintaan sendiri, (b) Mencapai batas usia pensiun, (c) Adanya penyederhanaan organisasi, (d) Melakukan pelanggaran/tindakan pidana penyelewengan, (e) Tidak cakap jasmani dan rohani, (f) Meninggalkan tugas, dan (g) Meninggal dunia/hilang
6) Kompensasi
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tepat
kompensasi biasanya diberikan dalam betuk gaji, tunjangan, atau barang-barang yang sekiranya di berikan secara simbolis guna memacu prestasi yang telah dicapainya dan juga digunakan sebagai teladan bagi personal-personal lain yang agar berprestasi dengan baik.
7) Penilaian
Penilaian terhadap tenaga pendidikan dilakukan secara obyektif dan akurat mengenai prestasi indiividu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah memang sangat penting, karena dengan penilaian tersebut dapat diketahui prestasi kerja tenaga pendidikan, apakah makin lama makin merosost atau meningkat.
Menurut pendapat Sikula yang dikutip oleh Made Pidarta mengatakan bahwa: penilaian itu dilakukan secara sistematis terhadap performa personalia dan potensi mereka untuk berkembang. Penilaian performa mencakup prestasi kerja, cara kerja, dan kepribadian mereka. Sedangkan penilaian terhadap potensi untuk berkembang mencakup kreatifitas dan hasil belajar atau kemampuan mengembangkan profesi/karier.
Adapun hal-hal yang patut untuk di nilai dalam penilaian tenaga pendidik serta personalia menurut Ismed Syarif adalah sebagai berikut: (a)Kemampuan kerja (perencanaan program pengajaran, kecakapan mengajar, melaksanakan manajemen, (b) Kerajinan, (c) Kepatuhan disiplin-kerja, (d) Rasa tanggung jawab terhadap tugas negara, (e) Hubungan kerjasama, (f) Kelakuan di dalam dan di luar dinas, (g) Prakarsa (inisiatif), (h) Kepemimpinan, dan (i) Pekerjaan pada umumnya.
d. Manajemen Kesiswaan
Siswa merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar di sekolah yang memiliki potens dan harus dimanfaatkan oleh guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif.
Setiap lembaga atau sekolah memiliki tujuan menghasilkan lulusan yang unggul yang siap terjun ke masyarakat. untuk itu semua manajeme kesiswaan amatlah penting untuk dilaksanakan dengan baik dan maskimal.
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhasap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai dari masuk sampai keluar dari sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya dalam bentuk pencatatan, melainkan juga meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasioal dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan disekolah
Manajemen kesiswaan dilaksanakan di sekolah bertujua untuk mengatur kegiatan-kegiatan dalam bidang kesiswaan, agar proses belajarmengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib dan teratur. Apa yang menjadi tujuan-tujuan pendidikan di sekolah
Manajemen kesiswaan yang benar-benar dilaksanakan dengan maksimal atau sebaliknya mungkin mempermudah tercapainya pendidikan di sekolah menghasilkan output yang berkualitas yang siap meghadapi tuntutan zaman.. untuk mewujudkan tujuan pendidikan diatas, maka bidang manajemen kesiswaan sedikit memiliki tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Penerimaan murid baru.
Setiap tahunnya pada lembaga pendidkan dalam hal proses belajar mengajar siswa mengalami kenaikan kelas yang selanjutnya akan lulus dalam lembaga. Dalam tiao tahunnya sekolah juga menerima siswa baru untuk beleajar di lembaga ini.
Penerimaan siswa adalah proses pencatatan dan layanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persaratan-persaratan yang ditentukan oleh sekolah itu
Dalam penerimaan siswa perlu adanya pengelolaan dengan baik dari segi daya tampung sekolah, jumlah siswa yang diterima dan kriteria siswa yang diterima. Adapun teknik-teknik yang digunkan untuk penerimaan siswa adalah sebagai berikut: (a) Ujian atau tes (entrance test ), yaitu cara memilih calon-calon siswa yang akan diterima melalui tes yang soal-soalnya di tentukan oleh sekolah dan dievaluasi oleh sekolah, (b) Penelusuran bakat dan kemampuan, yaitu cara memilih calon siswa yang akan di terima melalui cara pembawaan potensi yang bagus yang ditunjukkan oleh prestasi siswa dalam berbagi mata pelajaran di sekolahnya, (c) Berdasarkan hasil EBTA, cara memilh calon siswa yag akan diterima berdasarkan hasil evaluasi tahap ahir, dan (d) Pindah sekolah, yaitu penerimaan siswa yang bersifat individu atau siswa pindah dari sekolah lain.
2) Kegiatan kemajuan belajar
Prestasi belajar yang bagus merupakan orientasi yang penting dalam proses belajar mengajar. Untuk itu sekolah harus berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, melalui berbagai macam cara memperbaiki dan menguasai faktor-faktor yang selama ini menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di suatu lembaga. Faktor-faktor tersebut adalah: (a) Faktor dana pendidikan yang relatif kecil, (b) Faktor sarana dan prasarana yang belum memadai, (c) Faktor kurikulum yang kurang menunjang peningkatan mutu karena masih terlalu sentralistik tidak realiistik terjadap kondisi nyata siswa dan syarat beban, (d) Faktor ”kesemrawutan” sistem administrasi dan menejemen kita termasuk didalamnya faktor terlalu besarnya campur tangan birokrasi dari pemerintah, dan (e) Faktor rendahnya mutu guru.
Untuk mengetahui dan mengontrol kemajuan belajar siswa dipperlukan data yang otentik dan dapat dipercaya. Misalnya dengan adanya buku rapor yang isinya hasil belajar siswa setiap semester. Buku tersebut diberikan kepada orang tua siswa dan membimbing anaknya untuk belajar dirumah.
3) Bimbingan dan Pembinaan Disiplin Siswa.
Disiplin kelas atau sekolah merupakan keadaan tertib dimana para guru, staf sekolah dan siswa yang tergabung dalam kelas atau sekolah tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati
Disiplin merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi sekolah. Dalam sekolah sangat perlu diciptakan disiplin sekolah yang baik, karena disiplin yang baik akan mencerminkan kualitas dan mutu pendidikan yang baik pula. Dalam menciptakan disiplin yang baik peranan guru sangatlah penting karena guru dapat menjadi model atau contoh yang patut diteladani oleh siswa. Untuk itu guru harus memberi contoh disiplin yang tinggi, agar siswa mempunyai disiplin yang tinggi. Selain itu guru juga harus mengambil keputusan secara bijaksana dan konsisten dalam memberikan ganjaran dan hukuman para siswa yang pantas mendapatkannya.
e. Manajemen Sarana dan Prasarana
%!$# zO=t On=s)9$$/
Artinya: Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca).
Menurut Abudi Nata, kata Al-Qolam yang terkandung dalam surat Al-Alaq ayat 4 adalah sarana prasarana pendidikan.. dari sini dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tidak hanya terbatas pada guru saja, akan tetapi saran dan prasarana juga harus diperhatikan karena dalam kenyataannya sarana prasarana sangat menunjang sekali dalam menngkatkan mutu kualitas pendidikan.
Untuk menunjang pelaksanaan proses pendidikan, baik yang secara langsung maupun tidak langsung menunjang proses belajar mengajar diperlukan fasiltas pendukung yang sesuai dengan kebutuhan. Agar fasilitas yang memiliki nilai guna yang tingggi diperlukan pengelolaan dan pengaturan yang jelas, dan untuk itu perlu kiranya setiap personel sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen sarana prasarana.
SaranA pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan secara khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan mesia pengajaran. Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas yang tidak secara langsung menunjang jalannya proses pendidikan seperti halaman sekolah, kebun, taman sekolah, lapangan olahraga dan lain-lainnya.
Sarana dan prasarana ada di sekolah perlu dikelola dengan baik melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen saran-prasarana. Manajemen sarana prasarana pendidikan dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan
Suharsini mengatakan bahwa jika ditinajau dari fungsinya atau peranannya terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar, maka sarana pendidikan (sarana material) di bedakan menjadi 3 macam, antara lain:
1) Alat pelajaran.
2) Alat peraga.
3) Media pengajaran.
adapun yang dimaksud dari alat pelajaran adalah alat yang digunakan dalam pelakasanaan proses belajar mengajar. Alat ini bisa berupa pencil, pen, buku dan lain-lain. Alat peraga menurut Suryosubroto yang dikutip dari Suharsimi mengatakan bahwa alat peraga adalah alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupaperbuatan perbuatan atau benda-benda yang sudah memberi pengertian kepada anak didik dari yang abstrak maupu kepada yang lebih kongkrit. Menurut Umar Suwito mengetakan bahwa media pengajaran adalah sarana pendidikan yang digunakan sebagai perantara dalam belajar mengajar, untuk memperinggi efektifitas dan efisisen dalam mencapai tujan pendidikan
Adapun jalannya manajemen sarana prasarana meliputi
1) Perencanaan Kebutuhan
Sebelum mengadakan pengadaan sarana prasarana pendidikan, perlu direncanakan dan disusun sarana prasarana pendidikan apa yang perlu dan yang paling diprioritaskan guna menunjang pelaksanaan pendidikan. Dalam penyususnan daftar kebutuhan sarana prasarana sekolah perlu dilandasi oleh pertimbangan: (a) Pengadaaan sarana dan prasarana karena berkembangnya kebutuhan sekolah, (b) Pengadaan saran dan prasarana untuk pengganti barang yang rusak, dihapuskan, atau hilang, dan (c) Pengadaan sarana prasarana untuk persediaan barang.
2) Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
Pengadaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk mendatangkan saran prasarana pendidikan yang dibutuhkan dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas-tugas untuk mencapai tujuan pendidikan
Pengadaan sarana prasarana dapat dilaksanakan dengan cara membeli, membuat sendiri, mendapat hibah/bantuan, menyewa/ meminjam dan pendaur ulangan. Sedangkan dana yang digunakan untuk pengadaaan saran pada suatu lembaga pendidikan dapat diperoleh dari dana rutinan dari siswa , dana dari masyarakat. Subsidi baik dari pemerintah pusat maupun daerah.
3) Penyimpanan sarana prasarana pendidikan
penyimpanan merupakan kegiatan pengurus, penyelenggarakan dan pengaturan persediaa sarana didalam ruangan penyimpanan (gudang). Penyimpanan hanya bersifat sementara, dimaksudkan agar barang sudah diadakan tidak cepat rusak sebelum masa pakai habis. Dalam penyimpanan barang tersebut hendaknya dilakkan sebaik-baiknya agar nilai dan kegunaan serta fungsi dari barang tersebut tidak cepat habis sebelummasa pemakaian selesai.
4) Infentasrisasi sarana prasarana pendidikan
Infentaris adalah kegiatan mengetur dan mencatat barang yang sudah diadakan dan telah menjadi milik sekolah. Daftar barang infentasris merupakan suatu dokumen yang berisi jenis dan jumlah, baik bergerak maupun tidak bergerak. Barang inventaris tersebut terdiri dari kartu inventaris ruangan, kartu inventaris barang dan bukti inventaris.
5) Pemeliharaan saran prasarana pendidikan
Pemeliharaan merupakan kegiatan atau pencegahan dari suatu barang, sehingga kondisi dari barang tersebut tetap baik dan siap dipakai bila diperlukan sewaktu-waktu. Pemeliharaan terhadap barang-barang perlu dilakukan secara terus menerus, agar barang-barang tersebut terrawat dengan baik sehingga dalam peggunaannya bisa di lakukan secara maksimal.
Dalam pemeliharaan saran prasarana diperlukan kesepakatan dalam penggunaan barang, misalnya dalam meggunakan harus hati-hati, harus dijaga agar tetap terawat dengan baik, bila ada kerusakan setelah pemakaian diharapkan segera dibawah ke tukang ahli reparasi bang tersebut, dimaksudkan agar ketika suatu saat jika barang tersebut diperlukan kembali tidak harus menunggu lama atau malah tidak dapat digunakan dikarenakan barang tersebut masih belum diperbaiki.
6) Penghapusan sarana prasaran pendidikan
Maksud dari penghapusan dari barang-barang infentaris adalah meniadakan barang barang yang dianggap sudah tidak bisa digunakan lgi, diakibatkan oleh sudah lamanya masa pemakaian barang tersebut, atau barang tersebut sudah rusak parah dan sudah ada ganti yang lebih baru.
7) Pengawasan saran prasaran pendidikan
Kegiatan pengawasan disini bertujuan guna apabila sarana prasarana pendidikan digunakan oleh siswa yang belum bisa dalam penggunaannya, maka guru disini diharuskan untuk mengawasi dan memberikan arahan dalam mengguanakan alat tersebut. Hal ini dimaksaudkan dalam penggunaannya dipastikan sudah di gunakan dengan baik dan benar.
f. Manajemen hubungan sekolah dan masyarakat
Pada dasarnya hubunga antar sekolah dan masyarakat merupakan suatu saran prasarana yang penting untuk membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga yang tidak hanya berperan untuk mampu memasuki masarakat dikemudian hari. Tetapi sekolah juga merupakan bagian integral dari suatu masyarakat, yang juga berhadapan dengan kondisi nyata yang terdapat di dalam masyarakat pada masa sekarang.
Sekolah dan masyarakat mempunyai hubungan yang erat sekali dalam mencapai tujuan sekolah ataupun tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Begitu juga sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapaian tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu hubungan antara sekolah dan masyarakat itu harus dibina dan dijalin dengan harmonis. Hubungan harmonis tersebut akan membentuk suatu sikap:
1) saling mengerti antara sekolah, oranng tua, masyarakat dan lembaga-lembaga lain yang ada di masyarakat, termasuk dunia kerja.
2) saling membantu antara sekolah dan masyarakat karena mengetahui manfaat arti dan pentingnya peranan masyarakat.
3) kerjasama yang erat antara sekolah dengan berbagai pihak di masyarakat dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas suksesnya pendidikan si sekolah.
Melalui hubungan yang harmonis diharapkan mampu mencapai tujuan hubungan sekolah dan masyarakat, yaitu terlaksananya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif dan efisien. Sehingga menghasilkan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari penguasaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atu hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup
Dalam melaksanakan hubungan sekolah dengan masyarakat perlu mengetahui dan melaksanakan beberapa prinsip, prinsip ini memberikan pedoman kepada kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat agar kegiatan ini dapat mencapai sasaran yang telah di tetapkan
g. Manajemen Administrasi.
Lembaga pendidikan formal antara lain dalam bentuk sekolah merupakan organisasi atau kelompok kerja atau kerjasama sejumlah orang. Memerlukan kegiatan pengendalian untuk mencapai tujuannya. Kegiatan-kegiatan itu antara lain bersifat kebijaksanaan atau penentuan kebijakan atau penentuan pollicy dalam melakukan kegiatan yang bersifat operatif dan kegiatan profesional. Menurut Hadari Nawawi kegiatan manajemen administrasi meliputi:
1) Perencanaan / Planning
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai ”keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan ”
Perencanaan merupakan fungsi yang unik dari manajemen yang sangat menentukan tujuan yang akan dicapai dimasa yang akan datang, karena perencanaan merupakan dasar dan titik tolak bagi pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Oleh karenai itu fungsi perencanaan sangatlah penting, dan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tiga cara yaitu:
Pertama, mengetahui sifat-sifat atau ciri-ciri suatu rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
(a) Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan sebelumnya,
(b) Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sunggguh mendalami tujuan organisasi,
(c) Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang mendalami teknik-teknik perencanaan,
(d) Rencana harus disertai dengan suatu rincian yang teliti,
(e) Perencanaan tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanaan,
(f) Rencana harus bersifat sederhana,
(g) Rencana harus luwes,
(h)Didalam rencana terdapat pengambilan resiko,
(i) Pencana harus bersifat praktis, dan
(j) Rencana harus merupakan ”forecasting”.
Kedua, memandang proses sebagai suatu rangkaian pertanyaan yang harus dijawab dengan memuaskan yaitu, kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan, dimana kegiatan tersebut akan dilaksanakan, bagai mana cara pelaksanaan kegiatan tersebut dalam mencapai tujuan, siapa yang diberi wewenang dan tanggungjawab dalam kegiatan tersebut dan yang terpenting adalah mengetahui untuk apa kegiatan tersebut dilaksanakan.
Ketiga,memandang proses perencanaan sebagai suatu masalah yang harus di pecahkan dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah dengan mengetahui sifat-sifat hakiki dari masalah yang dihadapi dengan mengumpulkan data-data yang menentukan alternatif dengan memilih cara yang kelihatan terbaik, pelaksanaan itu sendiri serta penelitian hasil yang dicapai
Langkah langkah yang harus dilakukan dalam membuat uperencanaan, menurut Piet A. Sehartian dalam buku administrasi pendidikan mencakup beberapa tahapan yaitu:
(a) Perumusan tujuan,
(b) Menentukan faktor penunjang dan penghalang setelah tujuan pendidikan ditetapkan, perencanaan harus mengidentifikasi dengan cara menjangkau masa depan untuk melihat faktor penunjang dan penghalang dalam melaksanakan yang nantinya agar dapat menggambarkan tingkat keberhasilan program yang akan dicapai,
(c) Policy,
(d) Proggamming,
(e) Scedulling (penjadwalan),
(f) Prosedure (cara kerja), dan
(g) Aggaran.
2) Organisasi (organizing)
Dalam lingkungan pendidikan kata organisasi pada umumnya dapat dipakai dalam hubungan dengan orang pekerjaan, maksud, keterangan yang disusun menjadi keseluruhan yang berarti, misalnya personel pendidikan disusunmenjadi personel pimpinan, pengawas, pengajar, staf ahli, karyawan, tata usaha dan lain-lain.
Organisasi berasal dari kata organize yang berarti menciptakan instruktur dengan bagian-bagian yang diintergrasikan sedemikian rupa, sehingga hubungannya satu sama lain terikat oleh hubungan terhadap keseluruhannya. Organisasi diartikan menggambarkan pola-pola, skema, bagan-bagan yang menunjukkan garis perintah, kedudukan karyawan, hubungan-hubungan yang ada didalmnya dan lain sebagainya.
Pengorganisasian merupakan langkah pertama kearah pelaksanaan yang telah tersusun sebelumnya. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian ini akan menghasilkan suatu organisasi yang digerakkan, sebagai suatu kesatuan dalam rangka usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan dan menurut rencana yang telah ditentukan pula. Sukses tidaknya manajemen dalam melaksanakan fungsi pengorganisasian dapat dilihat dari kemampuan .untuk menciptakan suatu organisasi yang baik. Sedangkan organisasi yang baik adalah yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
(a) Tujuan organisasi itu jelas dan relitas,
(b) pembagian pekerjaan dan hubungan antar unit-unit, sub-sistem atau bagian-bagian harus baik dan jelas,
(c) Organisasi itu harus menjadi alat dan wadah yang efektif dalam mencapai tujuan,
(d) Tipe organisasi dan strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan (bidangnnya),
(e) Unit-unit kerjanya ditetapkan berdasarkan eratnya hubungan pekerjaan,
(f) Job description setiap jabatan harus jelas dan tidak boleh tumpang tindih pekerjaan,
(g) Rentang kendali setiap bagian harus berdasarkan volume pekerjaan tidak boleh terlalu banyak,
(h) Sumber perintah dan tanggung jawab harus jelas, melalui jarak yang terpendek,
(i) Jenis wewenang (authority) yanng dimiliki setiap pejabat harus jelas,
(j) Mis-manajemen penempatan karyawan tidak ada,
(k) Hubungan antar bagian dengan bagian lainnya jelas dan selaras,
(l) Pendelegasian wewenang harus berdasarkan job diskription karyawan,
(m) Deferensial, Koourdinasi, Intergritasi dan singkronisasi yang baik,
(n) Organisasi harus luwes dan fleksibel, dan
(o) Organisasi harus mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
3) Pengarahan (Directing)
Bila mana organisasi yang telah disusun sudah berfungsi , setiap personel dalam setiap orgganisasi itu telah melakukan tanggung jawab masing-masing, maka diperlukan suatu tindakan pemberian bimbingan dan pengarahan yang merupakan tindak lanjut dari dari kegiatan pengorganisasian. Kegiatan pembimbingan dan pengarahan ini harus dilakukan secara continou, agar seluruh kegiatan selalu terarah dan tercapai tujuan yanng telah dirumuskan.
Bimbingan berarti memelihara, menjaga dan memajukan organisasi melalui personal fungsional, agar setiap kegiatannya tidak terlepas dari usaha pencapaian tujuan.
Bimbingan dan pengarahan merupakan suatu kegiatan yang memperlancar jalannya aktifitas manajemen, yang merupakan kegiatan pemberian perintah, petunjuk, contoh, kesempatan peningkatan kemampuan melalui inservice ikut serta dalam rapat staf, ceramah, latihan kerja dan lain-lain.
4) Pengkordinasian (Coordinating)
dalam suatu orrganisasi terdapat berbagai macam tugas dan pekerjaan yang dilakukan banyak orang, yang memerlukan adanya koodinasi dari seorang pemimpin. Karena dengan adanya kordinasi yang baik dapat menghindarkan kemungkinan terjadinya persaingan yang tidak sehat dalam tindakan. Dengan adanya organisasi yang baik tiap personal dapat berkerja dengan baik sesuai dengan tugasnya menuju tujuan yang utelah ditetapkan.
Pengkordinasian adalah kegiatan mengatur personal, metode, bahan, buah pikiran, saran-saran, cita-cita dan alat-alat dalam hubunga kerja yang harmonis, saling mengisi dan saling menunjang sehingga pekerjaan berlangsung efektif dan seluruhnya terarah pada tujuan yang sama.
Dalam bidang pendidikan yang harus dikerjakan di sekolah sifatnya sangat komplek dan saling berkaitan satu ama lain. Sifat yang komplek yang dimiliki oleh program kependidikan di sekolah menunjukkan bahwa kordinasi sangatlah pentimg untuk dilaksanakan di sekolah.
5) Pengendalian (Controlling)
pengendalian intuisi merupakan hal yang terpenting yang harus dilakukan secara continou, agar kegiatan tersebut berjalan lancar dan sampai pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan perencanaan ini merupakan hal yang saling mengisi, karena: (a) pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan, (b) Pengendalian dilakuak bila ada rencana, (c) Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan dengan baik, dan (d)Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik / tidak setelah pengendalian atau penilaian dilakukan.
Harol Koontz merumuskan : ”Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, dalam renncana kerja yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat terselenggara”
Menurut Massie, prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan kontrol antara lain: (a) Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan, (b) Kontrol harus mengungkapkan numpan balik sebagai revisi dalam mencapai tujuan, (c) Harus responsif terhadap perubahan kondisi-kondisi lingkungan, (d) Cocok dengan organisasi pendidikan misalnyaadalah organisasi dengan sistem terbuka, (e) Merupakan kontrol diri sendiri, dan (f) Bersifat langsung, yaitu pelaksanaan kontrol ditempat pekerja.
Pengendalian dilakuakan bukan hanya untuk mencari-cari kesalahan tetapi untuk menghindari terjadinya kesalaha serta memperbaikinya jika ada kesalahan-kesalahan, pengendalian bertujuan:
(a) Supaya proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengnan ketentuan-ketentuan dari rencana, dan
(b) Melakukan tindakan perbaikan (Corrective), jika terjadi penyimpangan (Deviasi) supaya tujuan yang dihasilkan sesuai dengan rencananya.
6) Komunikasi
Komunikasi dalam administrasi berarti proses penyampaian informasi, ide (gagasan), pendapat dana saran-saran guna melancarkan kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi dalam suatu organisasi kerja menempati peranan yang sangat penting, karena di lingkungan tersebut setiap individu harus menjalin kerjasama dengan individu yang lain. Untuk mencapai tujuan organisasi setiap individu tidak mungkin berkerja sendirian. Individu hanya berarti dan berperan didalam dan dengan kelompok.
Komunikasi yang efektif hanya akan berlangsung apabila setiap individu memperlakukan individu yangn lain sebagai subyaek yang dilakukan dalam bentuk sikap saling menghormati, saling menghargai, saling mempercayai. Komunikasi yang berlangsung antar individu dapat terjadi dalam berbagai bentuk yang pada dasarnya memiliki lima elemen pokok yaitu: (a) Comunicator atau orang yang memberi informasi, (b) Channel atau saluran dalam penyampaian informasi, (c) Message atau bahan informasi yang disampaikan, (d) Communicate atau si penerima informasi yang disampaikan, dan (e) Respon atau kegiatan yang timbul akibat sebagai reaksi terhadap informasi yang diterima.
Komunikasi antar individu yang efektif falam suasana kerja yang menyenangkan akan memberikan efek positif yang antara lain sebagai berikkut:
(a) Mempermudah mendapatkan informasi,
(b) Mempermudah melaksanakan tugas-tudgas yang memerlukan tanggung jawab,
(c) Mempermudah memberikan dorongan agar setiap personel berfikir dan berkerja dengan penuh inisiatif, kreatif, dan disertai dedikasi yang tinggi, dan
(d) Memberikan kepuasan kepada setiap personel karena dapat memenuhi dorongan ingintahu yang ada pada dirinya sesuai dengan posisi masing-masing.
0 comments:
Post a Comment