Selepas maghrib, seperti biasa kami duduk – duduk di serambi masjid sambil menunggu waktu Isya’ tiba. Sambil duduk – duduk itu biasanya ustadz Abdulloh akan memberikan tambahan ilmu agama kepada kami. Topiknya berganti – ganti. Sesuai dengan kondisi yang ada saat itu. Terkadang ustad Abdulloh menjawab pertanyaan dari kami dan jawaban dari pertanyaan itu terus berkembang bahkan sampai keesokan harinya. Kadang kami membahas berita di televisi dan surat kabar dan ustadz akan mengaitkannya dengan ilmu agama Islam.
Seperti petang ini. Ketika kami duduk – duduk, tiba – tiba dua orang berbicara keras di samping kami. Mereka sedang mencela pemerintah yang menurut mereka tidak sesuai dengan keinginan mereka sebagai rakyat.
Ustadz Abdulloh tidak tinggal diam. Beliau berdiri dan mendekati kedua orang itu. Setelah mengucapkan salam, beliau menanyakan topik pembicaraan mereka barusan. Kembali mereka mengatakan ketidak puasan mereka kepada pemerintah dengan nada mencela.
“Bapak – bapak, tahukah anda berdua bahwa Islam sangat memuliakan penguasa? Umat Islam dilarang untuk mencela, menghina dan merendahkan penguasa. Pernahkah bapak – bapak mendengar hadits ini: “Para penguasa adalah naungan Alloh di muka bumi. Barangsiapa yang memuliakan penguasa, Alloh akan memuliakannya. Barangsiapa yang menghina penguasa, Alloh akan hinakan dia”. (HR. Baihaqi 17/6, as sunnah ibnu Abi Ashim 2/698.)
“Tapi bagaimana kalau penguasa merugikan kami?”, Kata mereka.
Ustadz Abdulloh terdiam sebentar.
0 comments:
Post a Comment