Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Cinta Tradisi,Cinta yang Kandas

SETIAP bangsa memiliki kisah cinta yang jadi puja-puji.Di Inggris ada kisahRomeo dan Juliet yang begitu menyayat hati. Di China ada kisah Sampek-Engtay. Dari ranah Minang ada Siti Nurbaya (1922). Dari Timur Tengah ada Layla dan si Majenun. Berlokasi Amerika modern,ada Cerita Cinta (1970) yang diangkat dari film dengan judul sama. Kesemuanya memang karya sastra, tapi tidak jarang pula dari karya-karya sastra itu yang diakuisisi oleh tradisi menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Demikianlah kisah-kisah yang hampir semua kita hafal setiap kelok alurnya.Akan tetapi, adakah kita pernah mendengar kisah Devdas dari India? Devdas, terbit pertama kali pada 1917, lahir dari tangan Saratchandra Chattopadhyay.

Devdas menghadirkan tema kasih tak sampai dan terbukti berhasil. Mengisahkan lika-liku hubungan antara Devdas dan Paro yang ditaburi luka hati di berbagai sudutnya, kisah ini telah menguras ”berember-ember” air mata. Hal itu dibuktikan dengan fakta bahwa Devdas telah delapan kali difilmkan. India memang gudangnya film penguras air mata.Tak kunjung punah eksplorasi para penulis skenario India menghasilkan kisah-kisah yang membuat Bollywood dianggap sebagai ladang film paling subur di muka bumi.
Namun, jika sebuah kisah sampai difilmkan sampai delapan kali- —dan salah satunya dibintangi Sahrukh Khan—tidaklah salah jika kita membayangkan bahwa Devdas bukanlah kisah yang ”begitu-begitu saja”. Berlatarkan kehidupan tradisional India, Devdas diawali dengan kisah masa kecil Devdas dan Paro yang diwarnai kenakalan Devdas si anak Zamindar, tuan tanah, berkasta brahmana dan keluguan Paro, seorang gadis cantik anak tetangganya yang berasal dari golongan pedagang.
Devdas yang kelewat nakal itu dikeluarkan dari sekolah. Sementara Paro yang sudah menumbuhkan bibit cinta kepadanya pun emoh jauh darinya, meski awalnya Devdas tak segan- segan memukul Paro. Saking tidak inginnya jauh jauh dari Devdas, Paro membuat akal bulus sedemikian rupa hingga orangtuanya merestui dia keluar sekolah, sehingga bisa terus bermain dengan Devdas.
Maka, selama setahun berduaan Devdas dan Paro rantang-runtung, memonumenkan kedekatan. Hingga kemudian Devdas dikirim ke Kalkutta untuk bersekolah.Pun demikian, Paro yang lebih dulu memiliki hati untuk Devdas, tak pernah sedetik pun melupakan Devdas. Maka, mulailah terpasang mata rantai pertama dalam rantai panjang tangis nelangsa.
Di antara jajaran kisah cinta yang kita kenal, Devdas memiliki arti tersendiri karena mengakar kuat pada tradisi sosialnya. Ada elemen unik India yang memainkan peran penting: pembedaan kasta. Persatuan antara Devdas dan Paro tidak dimungkinkan karena perbedaan kasta di antara mereka.Ditambah lagi kebertetanggaan mereka berdua menjadikan pernikahan memalukan.
Hal semacam ini tidak ada dalam kamus masyarakat Indonesia, bukan? Dan, ketika pada akhirnya Paro menikahi seorang duda tua tuan tanah tas kemauan sang duda, tentunya, Paro menunjukkan sikap hormat luar biasa dan mulai mencintai keluarga suaminya yang sudah bau tanah itu.
Maka Devdas pun semakin hancur hatinya. Seperti halnya kawin paksa dalam Sitti Noerbaja yang memicu tragedi cinta, atau permusuhan antar keluarga bangsawan dalam Romeo dan Juliet, atau perbedaan tingkat ekonomi dan profesi dalam Cerita Cinta, perbedaan kasta benar-benar diberdayakan untuk menciptakan tragedi dalam Devdas. Dengan muatan lokal seperti ini, kisah ini menjadi penting artinya dalam jajaran kisah kisah cinta dunia


0 comments:

Post a Comment