Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Simbol Haji Indonesia

Tanah suci makkah di Saudi Arabia menjadi pujaan muslim, yang maksimal mungkin dalam seumur hidup bisa menjalaninya, yakni haji –ibadah yang menjadi bagian ke lima dari rukun Islam yang wajib dilakukan bagi mereka yang mampu– sebagai kegiatan pengguguran suatu kewajiban sebagai orang yang mampu pergi ibadah haji.
Keberangkatan para haji pada masa dahulu yang menggunakan kapal laut kurang lebih selama enam bulan baru bisa sampai pada tanah suci. Lain dengan sekarang hanya hitungan jam bisa sampai di sana. Dahulu para haji yang juga sebagai muslim dan baru datang haji terkesan lebih kharismatik. Bekas pancaran kedamaian yang dibawa dari keberangkatannya tidak sia-sia datang di negeri perkembangan Islam. Doa menjadi haji yang diterima disandang pantas bagi mereka, tetapi kenyataan tersebut tidak lagi muncul pada saat ini. Realita demikian sudah sering kali kita jumpai di dekade dekat-dekat ini. Peningkatan jamaah haji Indonesia yang tercatat pada Departemen Urusan Haji sekitar 210 ribu jamaah. Sehingga Indonesia berada pada jumlah urutan teratas sebagaimana yang disampaikan oleh Dr. Nur Shamad Kamba, selaku koordinator PPIH di Jeddah, al-Nadwah jamaah haji Indonesia meningkat lebih dibanding negeri-negeri lainnya. Hal itu seraya, Indonesia terkenal dengan negara yang mayoritas beragama Islam dan pantas jika makin bertambah tahun makin pula bertambah jumlah quata haji Indonesia yang berangkat ke tanah suci dan saling antri di tempat pendaftaran haji, seraya petugas pemberangkatan haji tiap tahun kebingungan dengan membludaknya peserta pendaftar haji.
Labelitas
Seorang kyai tidak sempurna dipanggil jika belum berlabel haji. Para dai kondang terkenal masih diragukan para pendengar jika label haji belum menempel pada awal pangilan nama mereka. Masih banyak varian yang memerlukan label haji, sampai saat ini demikian makin membudaya. Popularitas seorang artis pun ditutupi samar dengan label haji memberi cukup hijab berpikiran buruk pada mereka. Tameng haji merupakan tameng aman dalam bertidak baik maupun bertindak kriminal. Berhaji menjadi alat paling populer dipakai, sampai jalan berkorupsi bisa sukses menggunakan modal makelar pemberangkatan haji.
Berdirinya kegiatan-kegiatan banyak yang memadai para calon jamaah haji dalam Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) mulai berdiri dari naungan negara sampai yayasan bersaing membimbing. Apalagi ada bonus bagi satu orang menjadi mewakili dari para pengelolah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) diberi kesempatan berangkat bersama-sama dengan jamaah bimbingannya. Selain itu juga keuntungan dari pengelolaan lembaga juga tidak sedikit mereka dapat yang menjadikan mereka bertahan mengelolah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) mereka.
Keinginan dari adanya bimbingan agar menjadi haji mabrur, tetapi banyak yang buta dalam niat baik mereka. Sehingga seluruh aktivitasnya tidak lain karena manusia yang merupakan wujud lingkungannya dan tidak lagi ibadah haji demi memenuhi panggilan ilahirabbi melainkan memenuhi panggilan riya’.
Sempat terjadi dalam beberapa keluarga para haji, orangtua rela mengorbankan anak mereka demi berhaji dan bahkan untuk menyekolahkan anaknya tidak dijadikan urusan utama, sebagai orangtua yang wajib mendidik anak dengan baik. Akhirnya anak tidak lebih sekolah di tempat yang tidak favorit, tidak maju, dan bahkan anaknya tidak disekolahkan sampai perguruan tinggi tetapi orang tuanya sudah berhaji berkali-kali.
Wisata Haji
Beragam problematika haji di Indonesia, mulai dari haji dijadikan objek wisata warga Indonesia, hingga para calon jamaah haji menjadi objek pengolah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk merekruitmen dalam kelompok bimbingannya. Saling merebut tawar mengajak bergabung di tempat bimbingannya, telah melunturkan nilai kepedulian untuk membantu tersukseskannya calon haji untuk menjadi haji yang mambrur.
Orang pada saat ini dalam melaksanakan haji dinilai secara dhohiriyah tidak mendapatkan predikat haji mambrur. Kita tenggok, bahwa masih banyak sekali para jamaah haji yang datang dari ibadah haji tidak linier dengan aktivitas di tanah suci. Masih banyak mereka yang baru datang tanah suci tetap saja melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Beberapa tahun akhir-akhir ini, tidak sedikit para menteri atau bahkan pengelolah Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang melakukan korupsi, dan jelas tentu mereka juga sudah melaksanakan ibadah haji. Wujud ini yang menyulitkan kita untuk mengetahui paradigma ketika sang haji melakukan kejahatan. Sebab penjahat membakai topeng hajinya sebagai simbol kejahatan yang tertutupi haji.
Sombol haji yang dimiliki banyak orang pada saat ini jelas tidak bisa menjadi tolok ukur nilai moral bangsa. Walaupun, bangsa banyak yang berhaji, tetapi keadaan bangsa tidak seperti di tanah haji.
Semua orang akan mencari simbol-simbol kebaikan. Mulai dari kebaikan makhluk dengan makhluk, makhluk dengan lingkungan, makhluk dengan khaliq. Wujudnya, haji menjadi salah satu korban simbol yang disalahgunakan orang dalam hal interprestasi memenuhi kebutuhan. Lebih jelasnya, banyak sekali simbol-simbol yang dipakai untuk menutup-tutupi dari kejelekkan seseorang.
Mantapnya, haji bukan sebagai simbol dalam ukuran level tertinggi di hadapan khaliq, tetapi sikap memberikan manfaat pada yang lain adalah lebih penting. Kiranya, niat baik bukan berarti hanya sesuai ukuran baik bagi kita, tetapi ukuran pada kaca mata pandang lingkungan dan khaliq. Sebagai warga yang berasas pancasila masih tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ke-pancasila-an dan semoga jamaah haji tahun ini mendapatkan simbol haji mambrur.



0 comments:

Post a Comment